Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir, Kementerian KP Luncurkan Teknologi Pengeringan Rumput Laut
KOMPAS.com - Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) memperkenalkan inovasi teknologi pengeringan rumput laut berbasis sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer di kawasan Silvofishery Marana, Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Teknologi tersebut hadir untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas hasil produksi rumput laut, yang selama ini terganggu oleh cuaca, terutama pada musim hujan.
Inovasi teknologi pengeringan rumput laut merupakan bagian dari program Smart Fisheries Village (SFV) Mekanisasi Perikanan yang dikembangkan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul.
Inovasi tersebut juga akan diterapkan di Silvofishery Marana, Maros, yang menjadi salah satu lokasi unggulan dalam pengembangan perikanan berbasis teknologi.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) I Nyoman Radiarta mengatakan bahwa kolaborasi antar Unit Pelaksana Teknis (UPT) ini menjadi langkah strategis dalam menyediakan teknologi tepat guna yang mendukung peningkatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat pesisir.
"Dengan adanya sinergi antar UPT di bawah BPPSDM KP, kami dapat mengoptimalkan pengembangan alat dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (14/11/2024).
Menurut Nyoman, inovasi tersebut dapat memberikan manfaat besar bagi para pembudidaya rumput laut dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan.
DOK. Humas Kementerian KP Teknologi pengeringan rumput laut berbasis sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer.
Sejak 2024, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul telah diberi tugas untuk melaksanakan SFV Mekanisasi Perikanan, yang bertujuan untuk mendukung pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan.
Fokus utama SFV adalah mengoptimalkan aset LRMPHP dalam merancang dan membangun alat pengolahan hasil perikanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir.
Pada kesempatan yang sama, Kepala LRMPHP Kartika Winta Aprilia menjelaskan dua teknologi utama yang diperkenalkan dalam inovasi ini.
“Alat pengering rumah kaca dirancang untuk meningkatkan efisiensi pengeringan rumput laut, sedangkan mesin rotary dryer digunakan untuk mempercepat proses pengeringan pelet ikan atau maggot,” ucapnya.
Kedua alat tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada budi daya rumput laut dan pembuatan pakan ikan.
Alat pengering rumah kaca pertama kali diperkenalkan di SFV Wanamina Marana, Maros, setelah melalui proses identifikasi kebutuhan di lapangan. Lokasi ini dipilih berdasarkan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh LRMPHP serta spesifikasi alat yang disesuaikan dengan kebutuhan para pembudidaya rumput laut di kawasan tersebut.
Sementara itu, Kepala BRPBAP3 Maros Indra Jaya Asaad menyampaikan bahwa sektor rumput laut menjadi salah satu pilar utama perekonomian masyarakat di kawasan Silvofishery Marana.
Akan tetapi, kata dia, kendala besar yang sering dihadapi adalah ketergantungan pada cuaca dalam proses pengeringan rumput laut. Metode penjemuran tradisional seringkali tidak dapat menghasilkan kualitas produk yang stabil, terutama di musim hujan.
"Dengan adanya dukungan alat pengering sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer dari SFV LRMPHP Bantul, kami berharap dapat meningkatkan kualitas rumput laut kering yang dihasilkan, serta membantu para pembudidaya rumput laut menghadapi tantangan pengeringan yang terjadi terutama saat musim hujan," kata Indra.
Mesin rotary dryer juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pembuatan pakan mandiri dengan mengeringkan pelet ikan atau maggot secara lebih cepat dan hemat biaya.
Indra menilai inovasi tersebut dapat menghasilkan rumput laut kering yang bersih dan proses pengeringan yang lebih efisien, memberikan solusi bagi pembudidaya rumput laut di Silvofishery Marana yang sering terkendala pada musim hujan.
Ia berharap teknologi alat pengering dapat mendukung pengembangan SFV Wanamina dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui produk rumput laut berkualitas tinggi.
Sistem pengering rumah kaca dirancang untuk mengurangi kadar air pada rumput laut hingga mencapai tingkat yang aman, sehingga mencegah pertumbuhan jamur, mikroorganisme, dan serangga, serta memperpanjang masa simpan produk.
Dengan ukuran 3x4x2,5 meter, alat pengering ini memiliki struktur rangka besi hollow galvanis dan dinding serta atap yang terbuat dari plastik mika. Sistem exhaust fan digunakan untuk mengatur kelembapan di dalam ruangan dan mengeluarkan uap air.
Dinding dan atap mika berfungsi menangkap energi matahari untuk membantu mengurangi kandungan air pada rumput laut. Alat ini juga dilengkapi dengan absorben panas yang berfungsi untuk menyimpan panas secara maksimal.
Dengan suhu dalam ruangan yang bisa mencapai 56 derajat celcius (C) dan kelembaban yang rendah, alat pengering ini menghasilkan rumput laut kering dengan kualitas tinggi dan konsisten.
Selain itu, pengering berbasis rumah kaca ini tidak hanya menurunkan kadar air rumput laut, tetapi juga mengurangi risiko pertumbuhan jamur dan serangga, sehingga meningkatkan daya simpan rumput laut dan kualitasnya di pasar.
Alat tersebut mampu menampung 400-500 kilogram (kg) rumput laut per siklus, dengan biaya operasional yang jauh lebih efisien dibandingkan metode pengeringan tradisional.
Selain pengering rumah kaca, ada juga mesin rotary dryer yang digunakan untuk mengeringkan pelet ikan. Mesin ini menggabungkan proses pengadukan dan pengeringan dalam drum yang berputar, sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat dan hemat biaya.
Dengan meningkatnya kapasitas produksi rumput laut kering dan kualitas yang lebih terjamin, BPPSDM melalui LRMPHP dan BRPBAP3 Maros berharap inovasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan ekonomi lokal, tetapi juga menjadikan Silvofishery Marana sebagai contoh SFV yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Ke depan, alat pengering rumah kaca ini diharapkan dapat diterapkan di wilayah pesisir lain di Indonesia, sebagai bagian dari upaya Kementerian KP untuk mengembangkan ekonomi biru di seluruh negeri.