Tok! Bank Sentral Eropa (ECB) Pangkas Suku Bunga Acuan jadi 3%
Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga acuan untuk keempat kalinya pada tahun ini, Kamis (12/12/2024). ECB tetap membuka pintu untuk pelonggaran lebih lanjut ke depan lantaran inflasi semakin mendekati targetnya dan perekonomian tetap lemah.
Dilansir dari Reuters, Bank sentral untuk 20 negara yang menggunakan mata uang euro ini menurunkan suku bunga deposito bank, yang mendorong kondisi pembiayaan di benua biru menjadi 3,0% dari 3,25%. Suku bunga tersebut berada pada rekor 4,0% hanya pada Juni 2024.
Presiden ECB Christine Lagarde mengisyaratkan bahwa pemangkasan lebih lanjut dimungkinkan dengan menghapus referensi untuk mempertahankan suku bunga. Dia mengartakan jargon ekonomi ‘cukup ketat’ untuk tingkat biaya pinjaman yang mengekang pertumbuhan ekonomi.
“Kondisi pembiayaan melonggar, karena penurunan suku bunga Dewan Pemerintahan Eropa baru-baru ini secara bertahap membuat pinjaman baru menjadi lebih murah untuk perusahaan dan rumah tangga," ujar Lagarde dikutip Reuters, Kamis (12/12/2024).
Namun, dia mengatakan kondisi ini masih tetap ketat karena kebijakan moneter masih tetap ketat dan kenaikan suku bunga di masa lalu masih menular ke stok kredit yang ada.
Tidak ada definisi universal mengenai apa yang dimaksud dengan suku bunga yang ketat. Meski demikian, para ekonom pada umumnya melihat wilayah netral, yang tidak mendorong maupun menurunkan pertumbuhan di antara 2%-2,5%.
Dengan keputusan ini, ECB juga memangkas suku bunga yang dipinjamkan kepada bank-bank untuk satu minggu atau menjadi 3,15%, dan untuk satu hari menjadi 3,40%.
Fasilitas-fasilitas ini hampir tidak pernah digunakan dalam beberapa tahun terakhir karena ECB telah memasok sistem perbankan dengan lebih banyak cadangan daripada yang dibutuhkannya melalui pembelian obligasi besar-besaran dan pinjaman jangka panjang.
Namun, fasilitas ini mungkin akan menjadi lebih relevan di masa depan seiring dengan berakhirnya program-program tersebut. ECB mengkonfirmasi bahwa mereka akan berhenti membeli obligasi di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (Pandemic Emergency Purchase Programme) pada bulan ini.