Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dividen Antam, Kripto hingga Lesunya Permintaan dari China

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Dividen Antam, Kripto hingga Lesunya Permintaan dari China

Bisnis, JAKARTA — Besaran dividend payout ratio (DPR) atau rasio dividen yang dikucurkan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) kemungkinan tak sebesar biasanya. ANTM membagi dividen senilai Rp3,07 triliun atau sebesar Rp128 per saham untuk tahun buku 2023. Dividen ini setara dengan 100% dari laba bersih ANTM di tahun itu. 

Dividen Antam menjadi salah satu berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Jumat (15/11/2024). Selain itu, terdapat pula laporan komprehensif lainnya seperti potensi e-commerce dominasi asuransi jiwa hingga solusi pembiayaan program 3 juta rumah. 

1. Dividen Aneka Tambang (ANTM) Tak Sebesar Biasanya

Antam menerangkan kemungkinan koreksi DPR untuk tahun buku 2024 turut disebabkan karena konsen perseroan untuk mendanai sejumlah proyek pengembangan.

Dari sisi laporan kinerja keuangan, ANTM mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,2 triliun sampai September 2024. Torehan itu turun 22,72% dari posisi laba periode yang sama tahun lalu di level Rp2,8 triliun.

Penurunan laba Antam terjadi saat pendapatan perseroan justru meningkat 39,81% ke level Rp43,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Produk emas yang berkontribusi 83% terhadap total penjualan ANTM dengan nilai penjualan emas mencapai Rp35,7 triliun, meningkat 85% dari capaian 9 bulanan 2024 sebesar Rp19,29 triliun.

Sampai September 2024, ANTM mencatat total volume produksi logam emas dari tambang perusahaan sebesar 743 kilogram (23.888 troy oz). Adapun, volume penjualan emas Antam dalam 9 bulan 2024 meningkat 47% secara tahunan dari 19.460 kg menjadi 28.567 kg.

2. Mencari Solusi Pembiayaan Program 3 Juta Rumah Prabowo

Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman tengah menggodok skema pembiayaan bagi masyarakat dalam program 3 juta rumah. 

Terlebih, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sangat berkomitmen dalam menyediakan hunian layak dan terjangkau bagi masyarakat. Adapun program 3 juta rumah setiap tahun itu tersebar sebanyak 2 juta di perdesaan dan 1 juta di perkotaan.

Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah mengatakan kemudahan akses pembiayaan perumahan sangat diperlukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 

Saat ini, Kementerian PKP bersama sejumlah pihak terus merumuskan pola pembiayaan perumahan yang tepat. Selain itu, juga melengkapi kekurangan dalam hal penyaluran pembiayaan perumahan seperti yang sudah dilaksanakan selama ini. 

Pemerintah juga akan mengakomodasi akses pembiayaan untuk masyarakat yang bekerja di sektor informal dan tidak memiliki slip gaji. 

3. Sampai Kapan Efek Trump Bertahan Kerek Kripto?

Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 telah mengerek harga aset kripto secara signifikan, salah satunya akibat banjir aliran dana masuk seiring meningkatnya permintaan pasar. 

Lantas, sampai kapan siklus bull-run akan bertahan? Berdasarkan data Coinmarketcap pada Rabu (13/11/2024), harga aset kripto populer masih terus mencetak rekor all time high (ATH). Bitcoin (BTC) telah menembus US$91.000, sementara Ether (ETH) berada di kisaran US$3.300. 

Bitcoin melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa sebesar US$93.265 atau sekitar Rp1,48 miliar setelah data terbaru dari Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS)menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 2,6% pada bulan Oktober, naik dari 2,4% pada bulan September. 

Data ini memicu kekhawatiran di kalangan investor tentang potensi dampak kebijakan moneter The Fed terhadap pasar keuangan, termasuk kripto.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan peningkatan inflasi AS biasanya mendorong investor untuk beralih ke aset yang dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi,seperti obligasi dan dolar AS (DXY) dibanding aset kripto, seperti Bitcoin.

  1. Potensi e-commerce Dominasi Penjualan Asuransi Jiwa

Pertumbuhan penjualan melalui e-commerce menunjukkan potensi besar dari saluran distribusi digital. Sejalan dengan tren global di mana konsumen semakin beralih ke platform digital untuk berbagai transaksi, termasuk pembelian produk asuransi.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat dalam lima tahun terakhir industri asuransi jiwa mulai bertransformasi menggunakan teknologi digital hingga artificial intelligence (AI). 

Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko dan GCG AAJI Fauzi Arfan mengatakan pendapatan premi dari saluran distribusi digital atau e-commerce memang saat ini porsinya masih kecil, namun mengalami pertumbuhan signifikan dalam lima tahun terakhir.

Kendati hingga semester I/2024, pendapatan premi yang dihasilkan dari produk asuransi yang dipasarkan melalui e-commerce baru sebesar Rp81,9 miliar, atau berkontribusi kurang dari 0,1% terhadap total pendapatan premi asuransi jiwa.

“Sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan premi dari kanal distribusi lainnya. Namun dalam lima tahun terakhir pertumbuhannya mencapai lebih hampir 100%,” kata Fauzi kepada Bisnis.

Menurutnya, masih menjadi jalan yang sangat panjang untuk meningkatkan pendapatan premi dari kanal distribusi digital. Berdasarkan peta jalan industri asuransi yang disusun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah menargetkan saluran distribusi e-commerce pada 2027 nanti porsinya mencapai 45% dan menjadi yang paling dominan.

5. Lesunya Permintaan China Bayangi Kinerja Ekspor RI

Kinerja ekspor diprediksi akan stagnan pada Oktober seiring dengan lemahnya kinerja impor China, mitra dagang terbesar Indonesia.

Menjelang pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait neraca perdagangan Indonesia pada Jumat (15/11/2024), konsensus yang terdiri dari 18 ekonom yang dihimpun Bloomberg masih meyakini tren surplus akan berlanjut. 

Konsensus memproyeksikan nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan Oktober 2024 mencapai US$3,09 miliar, lebih rendah dari realisasi neraca dagang September 2024 senilai US$3,26 miliar.  

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memprediksi neraca dagang dengan estimasi terendah di level US$2,16 miliar. 

Hal itu seiring dengan penurunan surplus pada masa menjelang akhir tahun ini akibat harga-harga komoditas ekspor unggulan Indonesia yang cenderung naik. Seperti minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO), batu bara, dan minyak.

Sumber