Top 5 News Bisnisindonesia.id: Prospek ASII - AADI 2025 dan Ongkos Jumbo Swasembada

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Prospek ASII - AADI 2025 dan Ongkos Jumbo Swasembada

Bisnis, JAKARTA — Kinerja keuangan ataupun saham PT Astra International Tbk. (ASII) kurang baik pada tahun ini. Tantangan yang dihadapi perusahaan masih belum usai karena ada kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) serta penerapan opsen pajak daerah. 

Pemerintah berencana menaikan tarif PPP dari 11% menjadi 12% pada Januari 2025. Sementara opsen pajak merupakan pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu.

Prospek saham ASII menjadi satu dari lima berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.ID edisi Senin (9/12/2024). Berikut laporan selengkapnya

1.      Prospek Saham Astra (ASII) saat Penerapan PPN 12% dan Opsen Pajak pada 2025

Berdasarkan Undang-Undang No. 1/2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD), pemerintah kabupaten/kota memungut opsen dari pajak kendaraan bermotor (PKB) serta bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).

Dua kebijakan tersebut dianggap akan memberikan hambatan bagi emiten otomotif seperti ASII. Analis Bahana Sekuritas Jeremy Mikael dalam risetnya mengatakan bahwa pemerintah akan memperkenalkan beban pajak daerah baru yang berpotensi meningkatkan harga kendaraan mobil dan motor di provinsi-provinsi utama sebesar 4—7%.

Karena adanya pajak baru, Bahana Sekuritas memperkirakan penjualan mobil nasional akan turun 4,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 825.000 unit pada 2025.

Mengacu pada analisis tersebut, Bahana Sekuritas menurunkan peringkat ASII menjadi hold karena ketidakpastian regulasi dan prospek daya beli yang lemah di segmen kendaraan roda empat serta roda dua. 

Selain itu, Bahana Sekuritas masih mempertahankan target harga saham ASII di level Rp5.600 per lembar. Dilihat dari kinerja sahamnya, ASII masih lesu. Harga ASII ditutup melemah 0,96% ke level Rp5.150 per lembar pada perdagangan pekan ini, Jumat (6/12/2024). ASII juga masih mencatatkan penurunan harga saham 9,65% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD).

2.      Ongkos Jumbo Kejar Target Swasembada Beras

Pemerintah kian serius menghentikan impor sekaligus mencapai swasembada beras mulai tahun depan. Anggaran jumbo dialokasikan untuk mengejar tambahan produksi hingga 6 juta ton pada 2025.

Target tersebut didukung oleh kebijakan Kementerian Pertanian yang bakal mengalokasikan anggaran senilai Rp23,61 triliun untuk mendukung swasembada beras. Dana segar tersebut bakal digunakan untuk berbagai program mulai dari cetak sawah, penyediaan mesin pompa hingga optimalisasi lahan atau Oplah. 

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan bahwa alokasi anggaran itu untuk menindaklanjuti arahan dari Presiden Prabowo Subianto yang meminta agar swasembada beras bisa dilakukan dalam waktu singkat.

“Menindaklanjuti arahan Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan dan memerintahkan Kementerian Pertanian agar swasembada pangan beras dapat diwujudkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, maka kami mengusulkan reprioritasi pemanfaatan anggaran 2025,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Senayan, Jakarta, Rabu (4/12/2024).

Dalam perencanaan Kementan, alokasi anggaran itu dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan. Dimulai dari program optimalisasi 851.000 haktere lahan, cetak sawah 225.000 hektare, pompanisasi tadah hujan 500.000 hektare, potensi tanam Kementerian PU 300.000 hektare, dan padi gogo PATB 300.000 hektare.

3.      Menakar Agresivitas Pembiayaan Alat Berat

Tren pasar alat berat di Indonesia fluktuatif dipengaruhi oleh harga-harga komoditas hingga pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Kendati pembiayaan alat berat mengalami pertumbuhan namun pelaku bisnis pembiayaan masih hati-hati lantaran kondisi ekonomi hingga geopolitik global.

Misalnya saja, PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN) mencatatkan pencapaian positif dalam penyaluran pembiayaan alat berat hingga November 2024. Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo, mengatakan perusahan telah membukukan produksi pembiayaan alat berat lebih dari Rp400 miliar.

“Faktor yang memengaruhi pencapaian ini adalah pembangunan infrastruktur di Indonesia serta harga komoditas yang membaik,” kata Harjanto kepada Bisnis. 

Meski tren permintaan alat berat pada tahun ini menunjukkan peningkatan, Clipan Finance tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Harjanto menegaskan bahwa perusahaan tidak mengambil langkah terlalu agresif meski permintaan alat berat didorong oleh kebijakan pemerintah terkait hilirisasi sumber daya alam.

Pada 2025, Harjanto meyakini adanya peningkatan pembiayaan alat berat seiring berlanjutnya implementasi kebijakan hilirisasi.  Kebijakan hilirisasi, yang bertujuan meningkatkan nilai tambah produk komoditas dan mendorong industrialisasi domestik, telah menjadi pendorong utama permintaan alat berat di berbagai sektor.

4.      Pertamina International Shipping Kembangkan Infrastruktur LNG di Papua Utara

PT Pertamina International Shipping (PIS) kian agresif mengembangkan portofolio usahanya, termasuk dalam hal pengembangan infrastruktur strategis di sektor energi dan kelistrikan.

Kali ini, Subholding Integrated Marine Logistics Pertamina itu bakal terlibat langsung dalam proyek pengembangan fasilitas regasifikasi darat (Land Based Regasification Plant) dan regasifikasi terapung (Floating Storage and Regasification Unit/FSRU) LNG di Papua Utara.

Adapun, proyek gasifikasi dengan memanfaatkan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di Papua Utara tersebut menjadi bagian dari program pembangunan infrastruktur midstream LNG untuk pembangkit listrik di area Papua Utara yang dijalankan oleh PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI).

Eka Suhendra, Direktur Perencanaan Bisnis PT PIS, memaparkan bahwa kerja sama tersebut merupakan kolaborasi untuk proyek pembangunan infrastruktur yang tergolong baru bagi perusahaan.

Dia menjelaskan bahwa proyek tersebut juga diharapkan bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, mendukung ketahanan energi nasional, serta menjadi wujud nyata dari komitmen Pertamina terhadap dokumen Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).

5.      Peluang Adaro Andalan (AADI) Masuk Indeks MSCI dan Target Harga Saham

Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) terus melesat sejak melantai perdana di Bursa (IPO). PT Indo Premier Sekuritas memberikan pandangan soal peluang masuk indeks MSCI dan target beli dengan batas yang tinggi.

AADI tercatat diperdagangkan dengan harga perdana Rp5.550 per saham, Kamis (5/12/2024). Sahamnya mencatatkan kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 260,14 kali dalam penjatahan terpusat.

Kini, harga AADI menyentuh Rp7.975 atau terus auto rejection atas (ARA) selama dua hari berturut-turut. Indo Premier Sekuritas menyematkan rating buy untuk saham AADI dengan target harga mencapai Rp12.000 per lembar. 

Analis Indo Premier Sekuritas Reggie Parengkuan & Ryan Winipta mengatakan bahwa harga IPO AADI memiliki valuasi yang menarik, yaitu 2,9 kali P/E tahun penuh 2025 atau diskon sekitar 50% dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis.

Setelah spin off dari PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), AADI dapat lebih leluasa untuk mengembangkan potensi cadangan batu bara mereka mendatang. 

Sumber