Trump Segera Resmi Menjabat, Ekonom Prediksi BI Pertebal Cadangan Devisa
Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memproyeksikan Bank Indonesia akan terus memperkuat cadangan devisa pada 2025 di tengah tantangan depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Terlebih Presiden terpilih AS Donald Trump akan segera menjabat.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang menyampaikan secara historis saat Trump terpilih pada 2016 dan mulai menerapkan sederet kebijakannya pada 2017, maka indeks dolar (DXY) menguat.
Alhasil, mayoritas mata uang di negara-negara Asia terdepresiasi tak terkecuali Indonesia. Pada hari ini, Rabu (8/1/2025) pukul 12.45 WIB, rupiah terpantau ke level Rp16.211,5 per dolar AS.
“Kami perkirakan juga berpotensi terulang di 2025 ini sehingga Bank Indonesia pun akan mengantisipasi dengan memperkuat posisi cadangan devisa di kisaran US$150 miliar—US$155 miliar,” ujarnya, Rabu (8/1/2025).
Per akhir Desember 2024, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa meningkat US$5,5 miliar dari November menjadi US$155,7 miliar atau meningkat 3,65% secara bulanan (month to month/MtM).
Capaian tersebut bukan hanya naik paling signifikan sepanjang 2024, namun juga tercatat memecahkan rekor cadangan devisa tertinggi setelah Oktober 2024 yang senilai US$151,2 miliar.
Hosianna berpandangan ke depannya posisi cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Pada bulan ini utamanya didukung oleh penerbitan obligasi global pemerintah baru-baru ini senilai antara US$1,5 miliar—US$1,75 miliar, yang akan jatuh tempo pada 15 Januari 2025.
Bukan tanpa sebab BI ‘menimbun’ valas tersebut, pasalnya Hosianna menyebutkan bahwa BI pernah melakukan intervensi besar-besaran untuk menjaga kestabilan rupiah saat terjadi rush out di momen krisis.
Kala itu, kata Hosiannya, BI menggelontorkan cadangan devisa sekitar US$10 miliar—US$20 miliar dalam kurun waktu satu bulan.
Melalui kondisi cadangan devisa yang bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, Hosianna melihat tabungan Bank Indonesia tersebut akan cukup bagi BI untuk melakukan intervensi ke depannya.
“Dengan posisi seperti ini kita rasa cukup, dan lagi BI masih cukup mudah untuk menambah posisi cadangan devisa misal dgn penggunaan Special Drawing Right dari IMF ataupun bersama Kemenkeu menerbitkan Global Bonds,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan bahwa kenaikan posisi cadangan devisa di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang sejalan dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global tersebut, bersumber dari berbagai kebijakan pemerintah dan kegiatan ekonomi.
“Antara lain bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan devisa migas,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (8/1/2025).
Denny menyampaikan posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2024 setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.