Trump Serukan Gencatan Senjata di Ukraina!
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan gencatan senjata segera dan negosiasi antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang berkelanjutan, yang disebutnya sebagai "kegilaan".
Seruan Trump itu mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pemerintah Rusia mengungkapkan persyaratan masing-masing untuk mengakhiri perang.
Trump menyampaikan seruan itu beberapa jam setelah bertatap muka dengan Zelensky di Paris, Prancis, pada Sabtu (7/12) waktu setempat, usai sama-sama menghadiri pembukaan kembali Katedral Notre Dame. Pertemuan itu menjadi yang pertama dilakukan Trump setelah menang pilpres AS bulan lalu.
Beberapa waktu terakhir, Trump berjanji untuk mengakhiri konflik Ukraina-Rusia melalui negosiasi, namun sejauh ini dia belum memberikan rinciannya.
"Zelensky dan Ukraina ingin membuat kesepakatan dan menghentikan kegilaan ini," tulis Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social, seperti dilansir Reuters, Senin (9/12/2024). Dia juga menyebut Kyiv telah kehilangan 400.000 tentaranya dalam perang.
"Harus ada gencatan senjata segera dan negosiasi harus dimulai," cetus Trump dalam pernyataannya.
"Saya mengenal (Presiden Rusia) Vladimir (Putin) dengan baik. Inilah waktunya untuk bertindak. China bisa membantu. Dunia sedang menunggu!" imbuhnya.
Zelensky memposting tanggapannya terhadap seruan Trump itu via media sosial X, dengan mengatakan bahwa perdamaian bukanlah hanya selembar kerta, namun memerlukan jaminan.
"Ketika kita berbicara tentang perdamaian yang efektif dengan Rusia, pertama-tama kita harus berbicara soal jaminan perdamaian yang efektif. Rakyat Ukraina menginginkan perdamaian lebih dari siapa pun," ujarnya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Perang tidak bisa berakhir begitu saja dengan selembar kertas dan beberapa tanda tangan. Gencatan senjata tanpa jaminan dapat terjadi kapan saja, seperti yang telah dilakukan Putin sebelumnya. Untuk memastikan rakyat Ukraina tidak lagi menderita, kita harus menjamin perdamaian yang bisa diandalkan dan tidak menutup mata terhadap pendudukan," cetus Zelensky.
Kremlin, dalam tanggapannya, menyebut Rusia terbuka untuk perundingan damai, namun menekankan hal itu harus didasarkan pada kesepakatan yang dicapai di Istanbul tahun 2022 lalu dan kenyataan terkini di medan perang.
"Posisi kami terhadap Ukraina sudah diketahui dengan baik. Persyaratan untuk segera menghentikan permusuhan telah ditetapkan oleh Presiden Putin dalam pidatonya di hadapan Kementerian Luar Negeri Rusia pada Juni tahun ini. Penting untuk diingat bahwa Ukraina-lah yang menolak dan terus menolak perundingan," ucap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, saat berbicara kepada wartawan.