Tujuh Ekor TSL Endemik Maluku Dilepasliarkan di Rumah Barunya

Tujuh Ekor TSL Endemik Maluku Dilepasliarkan di Rumah Barunya

AMBON, KOMPAS.com - Sebanyak tujuh ekor satwa liar endemik Maluku resmi dilepasliarkan di kaki Gunung Salahutu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, pada Senin (20/1/2025).

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Maluku bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Aviation Fuel Terminal (AFT) Pattimura.

Satwa yang dilepasliarkan terdiri dari lima ekor nuri bayan, satu ekor ular sanca batik/kembang, dan satu ekor ular mono pohon.

Semua satwa tersebut merupakan hasil penjagaan dan pengawasan terhadap tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal dari sejumlah lokasi.

"Kami melepasliarkan satwa liar ini ke habitat aslinya setelah mereka melalui proses perawatan dan pemulihan sifat liar," ungkap Kepala BKSDA Maluku, Danny Pattipeilohy, dalam sambutannya pada kegiatan yang berlangsung pada Jumat (17/1/2025).

Tujuh ekor satwa tersebut diperoleh melalui pengawasan petugas Polhut BKSDA Maluku di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, translokasi dari Kalimantan Timur, penyerahan dari Dina’s Damkar Kita Ambon, serta dari masyarakat setempat.

Sebelum dilepasliarkan, mereka telah menjalani tahap rehabilitasi untuk mengembalikan nutrisi, gizi, dan sifat asli liar di Pusat Konservasi Satwa (PKS) Kepulauan Maluku.

"Diharapkan satwa-satwa ini dapat dengan mudah beradaptasi dan berkembang biak di habitat barunya sehingga berdampak pada peningkatan populasi satwa," tambah Pattipeilohy.

Dia menjelaskan bahwa nuri bayan, ular sanca, dan ular mono pohon adalah beberapa jenis satwa yang penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia Timur, termasuk Maluku.

Di Maluku, satwa ini banyak dijumpai di Pulau Ambon, Pulau Seram, Pulau Buru, dan Kepulauan Aru.

Pattipeilohy juga menekankan bahwa lokasi pelepasliaran dipilih karena kawasan hutan tersebut sangat dekat dengan hutan lindung Gunung Salahutu, yang kondisinya masih terjaga dan banyak ditumbuhi pepohonan tinggi dan rapat.

"Ini merupakan habitat yang ideal untuk keberlangsungan hidup para satwa," ujarnya.

Ahmad Hidayat, AFT Manager Pertamina, menambahkan bahwa kegiatan ini adalah bentuk kepedulian dan pelestarian terhadap keanekaragaman hayati di sekitar wilayah operasi Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, khususnya AFT Pattimura Ambon.

"Perlu dipahami bahwa eksistensi keanekaragaman hayati satwa Indonesia adalah tanggung jawab kita semua sebagai manusia untuk menjaga mereka tetap lestari sampai ke anak dan cucu kita nantinya," ujarnya.

Pelepasliaran satwa ke habitatnya ini juga diakui sebagai kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) pada poin 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim, poin 15 tentang Menjaga Ekosistem Daratan, dan poin 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Diharapkan masyarakat juga ikut peduli dan tumbuh rasa melindungi serta menjaga habitat para satwa liar yang merupakan penjaga alam Maluku.

Sumber