Uji Coba Makan Bergizi Gratis, dari Dapur hingga ke Meja Siswa

Uji Coba Makan Bergizi Gratis, dari Dapur hingga ke Meja Siswa

KOMPAS.com – Pemerintah mengadakan uji coba Program Makan Bergizi Gratis di Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat. Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) melihat secara langsung pelaksanaan uji coba dari mulai pengolahan makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi, pengiriman makanan ke sekolah, hingga makanan sampai ke tangan siswa penerima manfaat.

Sebanyak 51 pekerja dilibatkan untuk menyiapkan makanan bergizi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Tanah Sareal. Di sini, terdapat ruangan-ruangan untuk mendukung penyiapan makanan, mulai dari ruang pendingin, gudang bahan kering, tempat mencuci, tempat untuk bahan baku, tempat distribusi, hingga tempat untuk pemorsian. 

Para pekerja tampak sedang menyiapkan makanan yang akan diberikan kepada siswa taman kanak-kanak (TK)/pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA). 

Menu yang disiapkan pagi itu adalah nasi putih, ayam goreng, cah brokoli jagung, pisang, serta susu. Menu tersebut disajikan dalam wadah stainless steel, lalu disalurkan dengan menggunakan dua unit mobil boks tertutup yang mampu menampung ribuan porsi. 

Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Tanah Sareal Ayu Pertiwi mengatakan, pihaknya melayani 3.018 porsi per hari. Menu yang disiapkan setiap hari pun bervariasi. 

"Menu hari ini ayam goreng sama sayur, brokoli, dan jagung. Kami juga pernah memberi ayam fillet teriyaki, lengkap dengan sayur buncis, dan wortel. Jadi, setiap hari menu pasti berganti," kata Ayu.

Ayu melanjutkan, tim persiapan mulai bekerja pukul 19.00 WIB pada hari sebelumnya untuk menyiapkan sayuran hingga berbagai bumbu. Selanjutnya, giliran tim pengolahan bekerja mulai bekerja 01.00 WIB. Lalu, pukul 04.00 WIB, tim pemorsian datang untuk memorsikan makanan yang sudah matang ke wadah stainless steel.

"Setelah itu, dikemas dan didistribusikan tim distribusi. Kami menyiapkan dua unit mobil. Setiap mobil punya dua gelombang. Pada gelombang pertama, mobil satu mengantarkan makanan pukul 07.00 sampai 07.30 WIB dan mobil dua pukul 08.00 WIB. Adapun gelombang kedua, mobil satu berangkat pukul 10.00 dan mobil dua pukul 11.00 WIB,” ujar Ayu. 

Pengiriman makanan disesuaikan dengan jam istirahat sekolah. Pada pagi hari, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi Tanah Sareal mengirim makanan ke TK dan SD karena jadwal istirahat dan pulang sekolah lebih awal. Sedangkan, siang hari pengiriman untuk siswa SMP dan SMA.

Keberadaan Program Makan Bergizi Gratis tak hanya mencukupi kebutuhan nutrisi siswa. Ternyata, program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ini juga mendorong siswa semangat bersekolah.

Dampak positif tersebut dikatakan Kepala Sekolah SDN Kedung Badak 1 Kariyanti. Ia mengatakan, setiap hari, anak-anak selalu penasaran dengan lauk yang akan didapat sehingga ingin bersekolah. Para orangtua siswa juga merasa bebannya semakin ringan karena biaya makan anak sudah ditanggung pemerintah. 

"Tingkat kedatangan anak-anak, mereka senang, ‘oh iya, besok dapat makanan bergizi, aku mau datang’. ‘Menunya apa lagi ya? Aku dapat susu apa lagi ya?’. Hal itu juga sangat dirasakan oleh beberapa orangtua karena di sini 80 persen merupakan kalangan menengah ke bawah," ujar Karyanti.

Anak-anak di sekolahnya juga menikmati makan bergizi gratis tersebut. Selain itu, makanan yang disajikan di sekolah lebih bervariasi daripada makanan di rumah masing-masing. 

"Mulai dari karbohidrat, protein, nabati, hingga hewani pun ada. Kemudian, ada buah, susu, dan sayur. Itu yang membuat mereka, ‘oh iya, ternyata makanan saya lebih bervariasi dibanding yang mama sediakan di rumah’," tuturnya. 

Dampak positif lain, lanjut Kariyanti, para siswa menjadi lebih bersyukur kepada Tuhan atas setiap berkat yang mereka terima sehari-hari. Para murid pun lebih disiplin dalam mengantre. Melalui program ini, mereka belajar antre saat mengambil makanan. 

"Dengan makanan bergizi ini, mereka antre satu per satu mengambil makanan. Mereka juga teredukasi untuk makanan yang bergizi seimbang. Upaya ini menyadarkan anak-anak bahwa kesehatan adalah investasi masa depan. Bagaimana dapat menyiapkan generasi emas kalau mereka tidak sadar akan apa yang mereka makan?" sambungnya. 

Salah satu murid kelas 5 SDN Kedung Badak 1 Ahmad Zidan Firdaus Saleh mengatakan, ia dan teman-teman sekelasnya selalu menikmati makanan dari Program Makan Bergizi Gratis. Zidan berterima kasih kepada para petani, nelayan, dan pedagang yang berkontribusi pada pelaksanaan uji coba Program Makan Bergizi Gratis. 

“Terima kasih juga untuk Pak Prabowo dan Pak Gibran telah memberikan program makan sehat yang membuat kami lebih jadi sehat, cerdas, dan ceria. Semoga Pak Prabowo dan Pak Gibran sehat selalu ya," doanya.

Pedagang kantin sekolah sempat resistan terhadap Program Makan Bergizi Gratis. Juru Bicara PCO Dedek Prayudi (Uki) mengatakan, resistansi muncul lantaran omzet penjualan pedagang kantin menurun.

Meski demikian, kata dia, pihak sekolah sudah berdialog dengan para pedagang kantin untuk mengatasi masalah tersebut. Pihak sekolah menyarankan kepada pedagang yang berjualan makanan berat untuk menjual makanan ringan. 

“Akhirnya mereka bersedia bergeser menjadi menjual makanan jajanan, kurang lebih seperti itu," jelas Uki. 

Uki melanjutkan, pihak sekolah juga menyesuaikan waktu istirahat agar siswa setelah makan masih bisa jajan di kantin. Dengan begitu, pedagang kantin tidak merasa dirugikan dengan keberadaan Program Makan Bergizi Gratis. 

“Kami telah bertanya langsung kepada pedagang kantin di sekolah. Omzet para pedagang kantin kini kembali meningkat,” kata Uki.

Meski terbilang sukses, ada sejumlah catatan yang masih menjadi pekerjaan rumah dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis. Salah satunya adalah kasus khusus yang dialami beberapa siswa, seperti trauma terhadap makanan tertentu.

"Ternyata ada juga yang punya trauma nasi. Ini saya temukan sewaktu kami meninjau uji coba di Sukabumi. Jadi, ada satu orang anak tidak hanya tidak mau makan nasi tapi juga trauma. Jika melihat ada nasi, dia lari," kata Uki. 

Sumber