Upaya Warga Manggarai Bangun Rumahnya Lagi Usai Dilanda Kebakaran
JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Bali Matraman, Manggarai, Jakarta Selatan mulai membangun rumah mereka kembali usai kebakaran melanda permukiman padat penduduk di wilayah itu beberapa waktu lalu.
Upaya tersebut dilakukan demi bertahan hidup di atas tanah milik mereka.
Salah satunya, Sutopo (68). Warga RW 12 Manggarai ini bercerita, dia harus merogoh kocek sekitar Rp 120 juta untuk membangun rumahnya kembali setelah dilalap Si Jago Merah.
Dari dua rumah yang terbakar, Sutopo saat ini hanya mampu memperbaiki satu rumahnya. Dana untuk perbaikan itu didapat dari anaknya.
"Alhamdulillah dibantu sama anak, udah ketutup atasnya. Tinggal finishing. Kalau rumah borongan, Rp 120 juta," kata dia saat ditemui di rumahnya, Selasa (22/10/2024).
Sutopo bercerita, sempat mendapat beberapa kali bantuan material bangunan dari sejumlah partai. Namun, material bangunan yang diberikan ukurannya berbeda-beda.
"Ini juga dari PKS ngasih, Demokrat ngasih hebel ukuran tujuh, (sebanyak) sebelas (biji). Hebel gantinya bata itu. Itu dari PKS 15, Demokrat, anggota dewan, ngasih 11 biji. Itupun ukurannya lain, ini ukuran 10, itu ukuran tujuh," kata Sutopo sambil tertawa.
Kendati begitu, Sutopo mengaku bersyukur bisa mendapat bantuan itu.
Serupa dengan Sutopo, Jajad (66), warga RW 06, Manggarai, juga tengah berupaya membangun rumahnya kembali setelah ludes terbakar api. Namun, dia memutuskan mengerjakan sendiri perbaikan rumahnya itu karena tak mampu membayar biaya tukang.
"Kurang lebihnya antara Rp 75 juta-Rp 80 juta sampai finish, ampai lantai dua. Lantai dua kan paling target Rp 20 juta," kata Jajad.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Jajad tidak lagi membangun rumah semi permanen pada lantai dua rumahnya. Dia membuat bangunan permanen untuk menanggulangi kejadian serupa terjadi lagi.
Perihal dana, pria yang bekerja serabutan itu mengaku dibantu oleh anaknya. Dia bakal membangun rumahnya lagi sesuai dana yang dimiliki.
"Permanen semua. Sudah bosen saya hidup pakai papan, pakai kayu. Makanya kebakar, habis rontok semua ya Allah," kata dia.
Berbeda dari Sutopo dan Jajad, Ririn (42) mengaku tidak mempunyai dana untuk membangun rumahnya lagi usai kebakaran.
Dia juga harus meninggalkan Rusun Pasar Rumput yang subsidinya dicabut mulai 15 November 2024.
Sambil menahan air mata, Ririn mengaku kebingungan akan tinggal dimana setelah keluar dari Rusun Pasar Rumput.
"Enggak tahu, ngontrak juga bingung duitnya dari mana soalnya suami saya enggak kerja. Saya enggak kerja, ibu rumah tangga. Tadinya suami saya kerja, pas kebakaran jadinya enggak kerja lagi," kata Ririn.
Untuk melanjutkan tinggal di rusun, Ririn mengaku cukup sulit jika tanpa subsidi dari pemerintah. Pasalnya dia dan sang suami sama-sama belum mendapatkan pekerjaan.
"Ya kalau enggak keluar enggak boleh lah. Harus bayar. Yang bawah Rp 800 ribu, yang di atas Rp 1,2 juta, belum sama air, listrik. Sewa doang," ujar Ririn.
Ririn mengatakan, kerabatnya juga rumahnya terbakar saat peristiwa kemarin. Untuk itu dia masih bingung harus menumpang dimana pasca keluar dari Rusun Pasar Rumput.
"Ya ada, tapi kan kena kebakaran semua. Ini juga rumah orang tua, peninggalan," tambah Ririn.
Sebagai informasi, kebakaran melanda permukiman padat penduduk di Kampung Bali Matraman, Manggarai, Jakarta Selatan.
Kebakaran terjadi pada Selasa (13/8/2024) sekitar pukul 02.30 WIB dan baru berhasil dipadamkan pukul 06.47 WIB. Proses pendinginan pun selesai pukul 18.40 WIB.
Petugas Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan membutuhkan waktu sekitar 16 jam untuk memastikan api benar-benar padam.
Titik api berasal dari rumah warga di wilayah RW 06 dan merambah ke dua RW lainnya, yakni RW 05 dan RW 12.
Akibat kebakaran ini 4.219 jiwa kehilangan tempat tinggal.