Uskup Jayapura Minta Aparat Militer di Oksop Ditarik dan Warga yang Mengungsi ke Hutan Kembali

Uskup Jayapura Minta Aparat Militer di Oksop Ditarik dan Warga yang Mengungsi ke Hutan Kembali

 

JAYAPURA, KOMPAS.com - Uskup Keuskupan Jayapura Monsinyur (Mgr) Yanuarius You mengeluarkan seruan terkait darurat pengungsian yang terjadi di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.

Uskup meminta warga yang mengungsi ke hutan atau ke distrik lain untuk kembali. Selain itu, Uskup Mgr Yan meminta aparat keamanan menarik pasukannya.

Mgr Yan menjelaskan, sejak 11 Desember 2024, Keuskupan Jayapura mendapatkan informasi awal mengenai gelombang pengungsi dari lima kampung yang ada di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang.

"Kami telah telah membentuk tim investigasi independen dari Keuskupan Jayapura, Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua, serta Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Gereja Injili di Indonesia (GIDI)," katanya dalam seruan yang diterima Kompas.com, Jumat (20/12/2024).

Menurut Yan, tim yang dibentuk ini telah menemukan beberapa data yang bertentangan dengan pernyataan Kepala Kepolisian Resor (Polres) Pegunungan Bintang AKBP Anto Seven, bahwa para pengungsi telah kembali ke rumah masing-masing dan situasi di Oksop aman dan kondusi serta tidak ada operasi militer yang sedang berlangsung.

"Sejak awal Desember 2024, ratusan warga sipil di Distrik Oksop telah mengungsi ke hutan dan distrik lain akibat pengerahan personel militer ke kampung-kampung mereka," tuturnya.

Menurut data yang kami himpun, jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 401 jiwa, dengan rincian, anak-anak 30 orang berusia 2 bulan hingga 12 tahun, perempuan, ibu hamil, lansia, dan pemuda, sekitar 115 orang pengungsi di luar tenda.

Yan menyampaikan, atas nama umat dan masyarakat Oksop, meminta agar militer yang saat ini menguasai wilayah mereka ditarik mundur.

"Mereka (masyarakat) merasa kehadiran militer justru menimbulkan rasa takut dan ketidakamanan, sehingga menghambat mereka untuk kembali ke kampung halaman," ungkapnya. 

"Umat (masyarakat) di Oksop ingin menjalani kehidupan normal terutama menjelang perayaan Natal yang adalah hari besar umat Kristen (Katolik dan GIDI) di wilayah tersebut," lanjutnya.

Dia menyatakan, pernyataan dari masyarakat Oksop dan data yang dihimpun pihaknya menunjukkan adanya ketidaksesuaian dengan klaim pihak kepolisian.

"Ketakutan masyarakat terhadap kehadiran militer, serta jumlah pengungsi yang signifikan, mengindikasikan adanya situasi darurat kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak," ujar Uskup pertama orang asli Papua ini.

Kompas.com telah berupaya menghubungi Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan untuk meminta klarifikasi terkait imbauan Uskup Jayapura. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada respons.

Sumber