Viral Wanita Bakar Al Quran di Kerinci, Polisi Sebut Gangguan Jiwa
JAMBI, KOMPAS.com – Sebuah video yang menunjukkan seorang perempuan berinisial HR (21) menginjak dan membakar Al Quran di rumahnya, viral di media sosial.
Menanggapi kejadian tersebut, pihak kepolisian menyatakan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa.
Kapolres Kerinci, AKBP Muhamad Mujib menjelaskan bahwa polisi tidak melakukan penangkapan terhadap HR meskipun perbuatannya menghebohkan masyarakat.
Sebagai gantinya, pihak kepolisian telah melakukan bimbingan kepada pelaku dan keluarganya.
"Kita sudah amankan pelaku, kemudian dilakukan mediasi kepada korban dan tokoh masyarakat setempat. Hasil pemeriksaan pelaku mengalami gangguan jiwa," ungkap Mujib melalui pesan singkat pada Sabtu (2/11/2024).
HR, yang merupakan warga Kecamatan Air Hangat Barat, Kabupaten Kerinci, Jambi, melakukan aksi tersebut setelah ditolak saat melamar pekerjaan di sebuah toko baju.
Dari tangan pelaku, polisi mengamankan barang bukti berupa satu unit ponsel dan Al Quran.
Dalam proses mediasi, Mujib menyampaikan bahwa pihak keluarga dan pemerintah desa telah menyatakan permohonan maaf kepada masyarakat, baik secara lisan maupun tertulis.
"Pihak keluarga akan melakukan pembinaan dan lebih mengawasi serta menjaga kegiatan keseharian pelaku dengan baik," katanya.
Selanjutnya, keluarga HR berencana membawa pelaku untuk menjalani pengobatan di rumah sakit jiwa.
Mereka mengaku bahwa HR memang mengalami gangguan jiwa.
Selain itu, pelaku juga telah meminta maaf kepada umat Islam.
"Pelaku berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan akun Facebook-nya sudah dinonaktifkan," tambah Mujib.
Video yang viral itu menunjukkan HR menginjak dan membakar Al Quran di rumahnya.
Menurut keterangan masyarakat setempat, HR telah berulang kali melakukan tindakan yang tidak wajar.
Pada Februari 2023, ia pernah diamankan oleh warga karena mencoba bunuh diri.
Pada tahun 2022, ia juga pernah diamankan saat kepergok memanjat atap Pesantren Attoyibah Air Hangat.
Masyarakat setempat mengungkapkan bahwa HR sering terlihat menyendiri.
Pemerintah desa setempat telah menyarankan pelaku untuk menjalani pengobatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi, namun pihak keluarga mengaku mengalami keterbatasan dana sehingga belum dapat melakukannya.