Wabah PMK Hantam Pasar Hewan Madiun, Harga Sapi Anjlok Drastis
MADIUN, KOMPAS.com – Harga sapi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, anjlok drastis akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang melanda dalam sebulan terakhir.
Harga sapi yang sebelumnya Rp 16 juta per ekor kini hanya Rp 13 juta.
Aktivitas jual beli di Pasar Hewan Muneng, Kecamatan Pilangkenceng, Madiun, juga sepi sejak wabah PMK menyerang.
Bahkan, harga sapi yang terinfeksi PMK turun drastis menjadi Rp 1 juta hingga Rp 3 juta per ekor.
“Jual beli sapi sepi karena banyak sapi terkena penyakit. Ada sapi yang mati di pasar, jadi pedagang takut hewannya tertular kalau dibawa ke sini,” ujar Hari Purwanto, pedagang sapi, Kamis (2/1/2025).
Hari menjelaskan, pedagang sapi merugi karena harga jual terus turun sejak kasus PMK muncul.
Pembeli sangat selektif dalam memilih sapi, terutama memperhatikan kondisi hidung, mulut, dan kuku. Jika ada tanda sakit, harga langsung ditawar rendah.
“Kalau mau jual harga normal, tidak laku. Pedagang sapi merugi semua,” katanya.
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Madiun melakukan penyemprotan disinfektan di sejumlah pasar hewan, seperti Pasar Muneng dan Mlilir, Dolopo, untuk mencegah penyebaran PMK.
“Kami juga memberikan obat-obatan untuk ternak agar daya tahan tubuhnya meningkat,” kata Kepala DKPP Kabupaten Madiun, Paryoto.
Penutupan pasar hewan masih menunggu instruksi dari Penjabat Bupati Madiun, mengingat dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.
Jumlah sapi yang terindikasi PMK terus bertambah. Data DKPP hingga Kamis (2/1/2025) mencatat 31 ekor sapi suspek PMK, naik dari 29 ekor sebelumnya. Tambahan kasus ditemukan di Desa Teguhan, Kecamatan Jiwan, dan Balerejo.
“Kami juga mencatat dua kasus kematian sapi diduga akibat PMK,” ujar Paryoto.
Pasar Muneng, yang biasanya ramai transaksi sapi dan kambing, kini lengang. Banyak pedagang memilih tidak membawa ternak ke pasar karena khawatir penularan PMK semakin meluas.