Wahid Foundation: Ideologi Ekstrem yang Susupi Sekolah Masuk Lewat Alumni

Wahid Foundation: Ideologi Ekstrem yang Susupi Sekolah Masuk Lewat Alumni

SEMARANG, KOMPAS.com - Development and Policy Advisor dari Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi menyebut, ideologi ekstremisme yang menyusup ke sekolah-sekolah di Indonesia diduga masuk melalui alumni yang aktif berkomunikasi dengan organisasi siswa sekolah tersebut. 

“Bagaimana penetrasi ideologi ekstremisme kekerasan ke dalam sekolah, ternyata itu banyak melalui jalur alumni-alumni yang masuk melalui organisasi siswa,” kata Mujtaba saat berkunjung ke SMA Negeri 13 Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2024).

Berangkat dari temuan ini, Wahid Foundation menginisiasi program sekolah damai untuk mencegah meluasnya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, utamanya di lingkungan sekolah. 

“Menyadari hal itu (ada susupan ideologi ekstrem) kami melihat bahwa organisasi siswa ini juga penting untuk kita suntikkan bagaimana program dan penguatan yang selaras dengan nilai-nilai toleransi,” imbuh dia.

SMAN 13 Semarang merupakan salah satu sekolah yang menjadi lokasi pilot project program sekolah damai saat dilaksanakan pertama kali tahun 2017 lalu.

Saat itu, Wahid Foundation menggandeng pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kini, pelaksanaan program sekolah damai akan masuk tahun keenam dan kelanjutannya tengah dipertimbangkan. 

Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono mengatakan, pihaknya tengah memantau berbagai sarana penyebaran paham radikalisme.

Menurutnya, penyebaran ideologi ekstrem ini tidak hanya dilakukan melalui perbincangan atau pertemuan tatap muka, tapi juga melalui platform digital.

“Ya, memang ya penyebaran paham radikal terorisme ya di era sekarang ini ada dua jalur sebenarnya. Yang pertama bisa melalui online dan offline,” kata Eddy saat berkeliling SMAN 13 Semarang.

Dia mengatakan, pengawasan di media sosial dan platform digital tengah diperkuat mengingat mudahnya anak dan remaja mengakses internet. 

Bersamaan dengan itu, BNPT bekerja sama dengan sejumlah lembaga juga melakukan penguatan toleransi, demokrasi, dan rasa cinta Tanah Air di kalangan generasi muda Indonesia.

Hal ini dilakukan salah satunya melalui program sekolah damai yang di dalamnya mengajarkan inklusivitas dan toleransi kepada semua umat beragama.

Selain mengajarkan nilai-nilai ini di pelajaran sekolah, anak-anak juga diajak melakukan kegiatan luar sekolah yang menunjukkan nilai-nilai toleransi.

Misalnya, mengunjungi rumah ibadah umat lain dan menanam pohon di rumah ibadah itu. Bahkan, para siswa diajak untuk hidup bersama atau live in dengan keluarga yang berbeda agama.

Sebagai contoh, murid yang beragama Islam tinggal di rumah umat Kristen. Dalam aktivitas ini, siswa muslim itu tetap melakukan ibadah seperti biasa, pun sebaliknya.

Dengan demikian, diharapkan siswa melihat langsung perbedaan kedua agama dan belajar menghargai perbedaan ini.

Sumber