Warga Suriah Kini Menyadari akan Kekejaman Pemerintahan Assad

Warga Suriah Kini Menyadari akan Kekejaman Pemerintahan Assad

DAMASKUS, KOMPAS.com - Pemerintahan Suriah yang dipimpin Presiden Bashar Al Assad digulingkan seminggu yang lalu oleh kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS).

Kini, warga Suriah baru menyadari kekejaman yang dilakukan pemerintahan Assad. Sementara penguasa baru negara itu berusaha meyakinkan masyarakat internasional.

Utusan khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen tiba di Damaskus pada Minggu, namun menolak memberikan rincian agendanya.

Sementara itu, jalan-jalan di ibu kota Damaskus perlahan kembali tenang. Puluhan anak juga kembali ke sekolah pada Minggu untuk pertama kalinya sejak Assad melarikan diri.

"Sekolah telah meminta kami untuk mengirim siswa menengah dan atas kembali ke kelas," kata ibu tiga anak Raghida Ghosn (56).

"Yang lebih muda akan kembali dalam dua hari," katanya, dikutip dari AFP pada Minggu (15/12/2024).

Seorang pejabat di salah satu sekolah Damaskus mengatakan tidak lebih dari 30 persen kembali pada Minggu, tetapi jumlah ini akan meningkat secara bertahap.

Diketahui, Assad melarikan diri dari Suriah akhir pekan lalu menyusul serangan pemberontak selama 11 hari yang dipimpin oleh kelompok HTS yang mengakhiri secara dramatis lebih dari 50 tahun pemerintahan klan Assad yang brutal.

Kejatuhannya terjadi setelah 13 tahun perang saudara yang dipicu oleh tindakan keras Assad terhadap protes pro-demokrasi pada 2011.

Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan membuat lebih dari separuh penduduk negara itu mengungsi.

Dalam seminggu sejak pemberontak merebut Damaskus, setiap hari semakin banyak cahaya yang menyinari kedalaman keputusasaan yang dialami rakyat Suriah selama lima dekade terakhir.

Jurnalis Mohammed Darwish adalah salah satu dari mereka yang ditahan di Cabang Palestina, atau Cabang 235, sebuah penjara yang dijalankan oleh badan intelijen Suriah yang ditakuti.

"Saya salah satu orang yang paling banyak diinterogasi," kata Darwish kepada AFP saat ia kembali ke penjara beberapa tahun setelah kejadian mengerikan yang menimpanya pada 2018.

Ia mengatakan ketika di penjara selalu diinterogasi setiap hari, yakni pagi dan malam selama 120 hari.

Sumber