Waspada, 6 Kecamatan di Magelang Masuk Kategori Rawan Bencana, Mana Saja?

Waspada, 6 Kecamatan di Magelang Masuk Kategori Rawan Bencana, Mana Saja?

MAGELANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang, Jawa Tengah, memetakan setidaknya enam kecamatan yang rentan terhadap bencana hidrometeorologi basah, seperti angin kencang, banjir, dan tanah longsor.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Bayu Eko Prihanto mengatakan, musim hujan diperkirakan berlangsung mulai November 2024 dan puncaknya pada Februari 2025.

Hal itu menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Dengan adanya musim hujan tersebut menjadi kewaspadaan bersama seiring dengan bencana hidrometeorologi basah yang kerap mengiringinya.

“Yang menjadi prioritas ada di (kecamatan) Salaman, Windusari, Kajoran, Borobudur dengan (tanah) longsor. Angin kencang hampir di seluruh wilayah. Banjir luapan di Mertoyudan dan Mungkid,” bebernya kepada Kompas.com di kantornya, Kamis (7/11/2024).

Dok. BNPB Ilustrasi Banjir rob

Wilayah yang juga rentan menghadapi bencana hidrometeorologi yaitu kecamatan yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi, yakni Srumbung, Sawangan, dan Dukun.

Ketika puncak Gunung Merapi diguyur hujan lebat, banjir lahar hujan berpotensi terjadi melalui aliran sungai.

Bayu menyampaikan, pihaknya sudah meminta tiap-tiap kepala desa di KRB III mengumumkan mitigasi, terutama, bagi masyarakat yang tinggal dekat bibir sungai ketika hujan lebat.

Mitigasi itu juga berlaku bagi para penambang pasir di sepanjang sungai yang berpotensi menjadi lintasan banjir lahar hujan.

“Kami hanya bisa mengimbau menyangkut keselamatan warga,” ungkapnya.

Bayu menambahkan, antisipasi terhadap bencana hidrometeorologi perlu dilakukan masyarakat.

Guna mengatasi pohon tumbang akibat empasan angin kencang, misalnya, warga bisa menebangi dahan-dahan yang rentan patah.

Kemudian, membersihkan saluran air agar tidak mampet, sehingga meminimalisasi terjadinya banjir luapan.

Diberitakan sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan, sepanjang Agustus sampai awal Oktober 2024, data BMKG menunjukkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah cenderung mendingin dan hampir menyentuh batas La Nina.

La Nina adalah fenomena iklim yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik lebih dingin dari biasanya. Hal tersebut menyebabkan intensitas hujan meningkat.

Sejak Oktober 2024, suhu permukaan laut tersebut diprediksi terus mendingin dan dapat bertahan hingga awal 2025.

“Fenomena La Nina terjadi di Samudra Pasifik, tapi akan berdampak secara global, termasuk di Indonesia,” ungkap Ardhasena dikutip Kompas.com (18/10/2024).

Sumber