Wilayah Hilir Jadi Alasan Demak Rawan Banjir Saat Musim Hujan
DEMAK, KOMPAS.com - Kabupaten Demak, Jawa Tengah, kembali menghadapi ancaman banjir saat musim hujan.
Sepanjang tahun 2024, daerah ini mengalami bencana banjir berulang kali, dengan kejadian terparah pada Februari hingga Maret akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan yang tidak mampu menampung debit air yang tinggi.
Akibat dari bencana tersebut, wilayah Kecamatan Karanganyar terendam banjir hingga kedalaman 3 meter, memaksa belasan ribu warga mengungsi dan menyebabkan lumpuhnya akses jalan Nasional Pantura di kawasan tersebut.
Plt Kepala Bidang Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Demak, Naning Prih Hatiningrum, menjelaskan bahwa posisi geografis Demak yang berada di hilir tanpa sumber air sendiri menjadi faktor penyebab utama.
"Memang posisinya yang di hilir itu, ketika musim penghujan kami biasanya surplus, kelebihan debit air. Tapi saat musim kemarau, apabila tidak pandai mengatur, maka yang terjadi adalah kekurangan air, terutama untuk pertanian, bahkan baku saja kadang kurang," ungkap Naning dalam konfirmasi pada Kamis (16/1/2025).
Untuk mencegah terulangnya bencana banjir dan menjaga irigasi, pihaknya saat ini tengah melakukan normalisasi sungai yang menjadi wewenang pemerintah kabupaten.
Proyek ini mencakup total panjang 61 kilometer yang tersebar di 41 titik. "Tahun 2024 kami normalisasi totalnya itu 61 kilometer, kalau tidak salah tersebar di 41 titik. Khusus pekerjaan normalisasi," tambahnya.
Naning juga menyoroti masalah penumpukan sedimentasi sungai sebagai tantangan tersendiri, terutama pada sungai yang terhubung dengan Waduk Kedungombo, Kabupaten Grobogan.
Dia mencontohkan, tumpukan sedimentasi di Sungai Sipon kini telah mencapai 20 sentimeter akibat intensitas hujan yang tinggi dan gelontoran air besar, meskipun baru dikeruk pada akhir tahun 2024. "Barusan kita normalisasi, habis itu kan banjir ya, itu (sedimentasi) sudah mencapai 10 sampai 20 sentimeter. Kalau yang dari Kedungombo kelemahannya membawa tanah, tapi memang jadi subur," jelasnya.
Sebagai langkah pencegahan, Naning mengimbau masyarakat Demak untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah di sungai.
Sebagai informasi tambahan, Pemerintah Kabupaten Demak telah menerapkan status siaga darurat bencana banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung mulai 1 Desember 2024 hingga 31 Maret 2025.
Surat Keputusan (SK) Bupati Demak Nomor 360.2/826 Tahun 2024 tersebut mencakup 21 desa yang teridentifikasi rawan bencana, terutama akibat tanggul jebol, yang tersebar di Kecamatan Mranggen, Karangtengah, Sayung, Karangawen, Wonosalam, Mijen, Dempet, dan Kecamatan Gajah.