WNI Korban TPPO di Kamboja Dijanjikan Jadi Admin, tapi Malah Disiksa
Polisi menangkap tujuh orang tersangka terkait tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus bekerja di negara Kamboja. Korban dijanjikan bekerja sebagai admin online shop di Kamboja, tetapi malah disiksa.
"Saya ditawarin gaji Rp 9 juta. Kerjanya jadi admin jual-beli barang seperti di (online shop)," kata korban dalam unggahan media sosial Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda, seperti dilihat detikcom, Selasa (17/12/2024).
Namun mereka dipekerjakan tidak sesuai dengan perjanjian awal. Bahkan korban mengaku disiksa, disetrum, hingga dijual ke perusahaan lain.
"Penyiksaan di sana. Setrum, pukul, ditendang, dijualbelikan juga ke kantor-kantor lain," ujarnya.
Singkat cerita, korban pun mengadu ke KBRI Kamboja untuk dipulangkan ke Indonesia. Pihak kepolisian menindaklanjuti hal tersebut dan menjemput korban untuk dipulangkan.
"Saya berterima kasih sekali dengan Subdit Jatanras sudah menolong saya untuk kembali ke Indonesia, Pak. Saya tidak akan mengulangi untuk ditawarin kerja, gaji lebih besar atau keluar negeri dengan iming-iming," tuturnya.
Polda Metro Jaya mengungkap tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan modus bekerja di negara Kamboja. Polisi sudah menangkap tujuh orang tersangka yang tergabung dalam sindikat tersebut.
"Modus kejahatan ini merupakan tindak pidana perdagangan orang. Perkara ini sudah ada tujuh orang tersangka yang kita amankan," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Rovan Richard Mahenu kepada wartawan, Selasa (17/12).
Rovan mengatakan para korban dijanjikan bekerja sebagai admin online shop di negara Kamboja. Korban diurus dari mulai keberangkatan hingga sampai di Phnom Penh, Kamboja.
"Akhirnya korban menyetujuinya dan berangkat ke sana dengan dibantu proses dari awal sampai dengan keberangkatan sampai dengan sampai kantornya di daerah Phnom Penh, Kamboja," ujarnya.
Namun para korban tidak dipekerjakan sebagaimana perjanjian awal. Beberapa korban bahkan mendapatkan penyiksaan selama bekerja di sana. Rovan menyebut beberapa korban menghubungi pihak KBRI Kamboja untuk meminta dipulangkan kembali ke negara Indonesia.
"Kemudian langkah selanjutnya adalah kita mencari korban-korban yang mereka berangkatkan ke Kamboja. Tentunya dengan berkoordinasi dengan Divhubinter Polri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia yang ada di Kamboja," kata dia.
"Akhirnya kita dapat menemukan satu korban yang kebetulan korban ini juga sekitar bulan lalu mengirimkan surat pengaduan ke KBRI Kamboja. Kemudian KBRI Kamboja bersurat ke Divhubinter Polri. Akhirnya dari situ ketemu benang merah dan akhirnya terjadilah penyebutan ini," imbuhnya.