Zulhas Blak-blakan Sektor Pangan RI Kalah dari Vietnam Thailand
Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) mengakui sektor pangan Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam hingga Thailand.
Zulhas menuturkan bahwa selama hampir 28 tahun reformasi, sektor pangan di Indonesia berada di urutan paling bontot dibandingkan negara lain.
“Selama hampir 28 tahun Indonesia mengalami reformasi, memang sektor pangan ini paling tertinggal,” kata Zulhas dalam acara Indonesia Marine & Fisheries Business Forum Blue Food Competent Authority Dialogue, Jakarta.
Zulhas tak menampik bahwa Indonesia memang tertinggal dari Vietnam, Thailand, dan negara tetangga lainnya dari sisi sektor pangan. Terlebih, pemerintahan sebelumnya lebih fokus terhadap pembangunan politik dan infrastruktur.
“Kami mengakui, kami tertinggal dari Vietnam, kami mungkin tertinggal dari Thailand, tetangga-tetangga kami. Karena pada 5 tahun pertama reformasi fokus kepada pembangunan bidang politik sampai 10 tahun,” ujarnya.
Padahal, eks Menteri Perdagangan 2022-2024 menyebut pangan di era Presiden Soeharto menjadi fokus utama perhatian pemerintah. Menurutnya, kondisi pangan di Indonesia yang masih tertinggal dari negara lain menjadi fokus perhatian Presiden Prabowo Subianto.
Oleh karena itu, Presiden Prabowo selalu menekankan agar Indonesia dapat mewujudkan swasembada pangan.
“Jadi hampir 27 tahun memang sektor pangan agak tertinggal dibanding pada masa pemerintahan Pak Harto [Soeharto] Zaman Orde Baru yang bidang pangan menjadi fokus perhatian utama,” tuturnya.
Adapun, pemerintah merevisi target swasembada sari semula 2029 harus tercapai, kini menjadi 2027.
Lebih lanjut, Zulhas menyampaikan bahwa dalam jangka panjang, pemerintah akan melakukan penelitian bibit untuk mengejar ketertinggalan dari Thailand dan Vietnam. Meski demikian, dia juga mengaku langkah ini juga tak bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Apalagi, Zulhas juga mengakui sudah hampir sudah 10 tahun Indonesia tidak melakukan riset mengenai bibit yang unggul.
“Kita tidak ingin kalah dengan Thailand dan Vietnam, Kita ingin mengejar mereka, bagaimana perikanannya begitu maju, kapal-kapalnya dengan bagus, nelayan-nelayan yang terampil, tentu itu memerlukan waktu,” terangnya.
Zulhas juga menyebut, pertanian hingga bibit yang unggul di Eropa sudah menggunakan teknologi yang canggih, berupa rekayasa genetika atau teknologi genetically modified organism (GMO).
“Tentu untuk melakukan hal seperti itu kita perlu waktu yang panjang,” pungkasnya.