Ahok

Sebut Ahok Dipenjara Karena Cerewet, Megawati: Sekarang Saya Selotip!

Sebut Ahok Dipenjara Karena Cerewet, Megawati: Sekarang Saya Selotip!

()

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berseloroh bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok adalah sosok yang cerewet karena kerap mengomentari berbagai hal.

Sikap cerewet tersebut, kata Megawati, akhirnya membuat Eks Gubernur DKI Jakarta itu terjerat pelanggaran hukum dan harus dipenjara.

Hal tersebut disampaikan Megawati saat menjadi pembicara utama atau keynote speaker dalam acara peluncuran buku “Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis” karya Todung Mulya Lubis, Kamis (12/12/2024).

Megawati: Ahok Dulu Tuh Cerewet Banget, Makanya Masuk Penjara

Megawati: Ahok Dulu Tuh Cerewet Banget, Makanya Masuk Penjara

()

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berkelakar soal sosok mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang disebutnya cerewet. Dia mengatakan Ahok masuk penjara gara-gara cerewet.

Hal itu disampaikan Megawati saat berpidato dalam acara peluncuran buku karya Todung Mulya Lubis dan diskusi ‘Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika, dan Pertimbangan Psikologis’ di Hotel Four Seasons, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2024).

"Kalau saya bilang sama Pak Ahok, dulu kan dia tuh cerewet banget. Makanya lu jadi masuk penjara tahu, gue bilang," kata Megawati, yang disambut tawa para peserta acara.

Bersatunya Ahokers dan Anak Abah Dinilai Dongkrak Daya Tarik Pilkada Jakarta

Bersatunya Ahokers dan Anak Abah Dinilai Dongkrak Daya Tarik Pilkada Jakarta

()

JAKARTA, KOMPAS.com - Bersatunya kelompok pendukung mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Anies Baswedan, yang dikenal dengan istilah "Ahokers" dan "Anak Abah", dinilai telah mendongkrak daya tarik Pilkada Jakarta.

Dua kelompok yang pernah berseteru panas saat Pilkada Jakarta 2017 lalu itu, kini justru satu kubu mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.

“Itu yang menarik ya, bahwa sebelumnya polarisasi terjadi di Jakarta, justru ada calon yang berhasil menyatukan itu dan itu adalah Pram-Rano,” kata Peneliti Saiful Mujani Research Center (SMRC) Saidiman Ahmad dalam acara ‘Jaga Demokrasi di Indonesia’ yang digelar di Komunitas Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (7/12/2024).

Anak Abah dan Ahokers Sepakat Tak Mau Lagi Dipecah Belah, Pengamat: Perdamaiannya Masih Bersifat Semu

Anak Abah dan Ahokers Sepakat Tak Mau Lagi Dipecah Belah, Pengamat: Perdamaiannya Masih Bersifat Semu

()

JAKARTA, KOMPAS.com - Analisis Politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia Arif Nurul Imam menilai, perdamaian yang terjadi di antara Anak Abah dan Ahokers masih bersifat semu.

Hal itu disampaikan Arif merespons soal Anak Abah dan Ahokers yang sepakat tak mau lagi dipecah belah usai sama-sama mendukung Pramono Anung-Rano Karno pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024.

"Ahokers dan Anak Abah merupakan kelompok pendukung yang selama ini berseberangan secara politik. Mereka selama ini selalu berhadap-hadapan dalam banyak pertarungan politik. Karena itu, perdamaian ini saya kira masih bersifat semu karena berbasis kepentingan elektoral di Pilkada Jakarta," jelas Arif kepada Kompas.com, Kamis (5/12/2024).

Ketika Persatuan Anak Abah dan Ahokers Dianggap Karunia Tuhan untuk Jakarta...

Ketika Persatuan Anak Abah dan Ahokers Dianggap Karunia Tuhan untuk Jakarta...

()

JAKARTA, KOMPAS.com  – Momentum pemilihan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 menjadi titik balik penting bagi relawan Anak Abah dan Ahokers.

Setelah beberapa tahun berada di pihak yang berseberangan, kedua kelompok ini kini bersatu mendukung pasangan cagub-cawagub Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno.

Paslon Pramono-Rano, didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuanan (PDI-P) untuk maju dalam memperebutkan kursi pimpinan Jakarta, bersaing dengan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana.

Perang Anak Abah-Ahokers Diakhiri Tanpa Jabat Tangan Sang Panglima...

Perang Anak Abah-Ahokers Diakhiri Tanpa Jabat Tangan Sang Panglima...

()

JAKARTA, KOMPAS.com - Panasnya perseteruan Pilkada Jakarta 2017 masih teringat jelas di benak sebagian besar publik, terutama warga Jakarta. Hawanya bahkan sampai ke pelosok negeri.

Pada saat itu, persaingan antara dua calon gubernur Jakarta, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan berlangsung dengan tensi yang tinggi.

Kompetisi bahkan seolah sudah dimulai sebelum pilkada berlangsung.

Ketika itu, Ahok menjabat sebagai Gubernur Jakarta menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden ke-7 RI. Anies sering melontarkan kritik. Ini memicu reaksi keras pendukung Ahok.