Barang Impor

Prospek Industri Manufaktur 2025 Masih Dibayangi Awan Gelap

Prospek Industri Manufaktur 2025 Masih Dibayangi Awan Gelap

()

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek industri manufaktur nasional pada 2025 masih dihadapkan pada sejumlah tantangan berat, mulai dari gempuran produk impor asal China, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12% hingga upah minimum 6,5%.

Peneliti Next Policy, Muhammad Ibnu Faisal, mengatakan impor produk manufaktur dari China belakangan ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi sebagai dampak penerapan Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA). 

“Misalnya, periode 2019-2023, impor TPT (tekstil, pakaian, dan tekstil lainnya) dan kosmetik dari Cina mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 2,75% dan 35,46% masing-masingnya. Hingga 2024, nilai impor dari Cina mencapai US$52,26 miliar atau meningkat 13,03% dari tahun sebelumnya,” kata Ibnu di Jakarta (24/12/2024). 

Ekonom Blak-blakan Penyebab Sritex (SRIL) Pailit, Ini Biang Keroknya

Ekonom Blak-blakan Penyebab Sritex (SRIL) Pailit, Ini Biang Keroknya

()

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai salah satu penyebab kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex yaitu minimnya investasi pada inovasi teknologi hingga tekanan ongkos produksi. Kondisi tersebut yang menyebabkan raksasa tekstil itu didera kepailitan. 

Founder Next Policy, sekaligus Ekonom Senior, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan beban produksi yang masih tinggi memicu perusahaan tersebut tidak mampu untuk melakukan pembaruan teknologi sehingga tidak mampu berkompetisi di pasar. 

"Sekarang Sritex udah begini karena tekanan ongkos produksi, dia tidak bisa berkompetisi, salahinnya China. Sebenarnya salahnya dia kenapa tidak mampu berinovasi," kata Fithra dalam agenda Dominasi Impor Produk China terhadap Industri Lokal, Selasa (24/12/2024).