Laut China Selatan

Sikap China di Natuna Jadi Tantangan Diplomasi Pertahanan RI-China

Sikap China di Natuna Jadi Tantangan Diplomasi Pertahanan RI-China

()

Upaya China melakukan diplomasi pertahanan di Asia Tenggara diibaratkan seperti pedang bermata dua. Pada satu sisi China seolah-olah ingin mempererat kerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pada sisi lain, China tetap bersikukuh mengakui sebagian besar Laut China Selatan (LCS) sebagai miliknya, dan bahkan cenderung bertindak agresif di wilayah tersebut. China juga tetap bersikeras untuk menyatakan kehadirannya di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di perairan dekat Kepulauan Natuna, yang sejak 2017 dinamakan sebagai Laut Natuna Utara.

Menata Ulang Keamanan Maritim Kita

Menata Ulang Keamanan Maritim Kita

()

Kita nggak bisa melaut jauh…kami nelayan kecil mau cari ikan di mana lagi? Kapal [nelayan] asing banyak lagi, pengawas [atau] penjaga pantai Indonesia punya gak ada, TNI-AL gak ada, Bakamla nggak ada. Yang ada kapal-kapal asing, kapal perang China, Vietnam….

Keluhan pilu yang ditayangkan dalam wawancara CNA itu datang dari Dedi, seorang nelayan tradisional di Kepulauan Natuna. Penghidupannya kian hari makin terancam akibat maraknya kapal nelayan asing yang masuk dan meramaikan perairan Laut Natuna Utara. Dedi beserta rekan-rekan nelayan lainnya kerap terintimidasi oleh kehadiran kapal asing yang dikawal oleh aparat penjaga pantai negara asal kapal-kapal tersebut. Padahal, keluarga Dedi bergantung pada hasil tangkapan sebagai satu-satunya mata pencaharian. Sebuah ironi bahwa Dedi yang tinggal di negara maritim, yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari perairan, dengan sejarah kejayaan di lautan selama ratusan tahun, kini merasa tidak aman untuk melaut di perairan "rumah"-nya sendiri.