Neraca Perdagangan

Top 5 News: Kontraksi Perdagangan, Ancaman Fraud hingga Kongsi Aguan

Top 5 News: Kontraksi Perdagangan, Ancaman Fraud hingga Kongsi Aguan

()

Bisnis, JAKARTA — Kinerja ekspor impor Indonesia kompak mengalami kontraksi pada November 2024. Sejumlah faktor menjadi penentu sejumlah penyebab kinerja perdagangan Indonesia melesu menjelang akhir tahun. 

Penyebab kontraksi perdagangan tersebut menjadi salah satu berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (17/12/2024). Selain itu, terdapat pula sederet laporan komprehensif lainnya termasuk insentif pemerintah menjelang pengenaan PPN 12%. Berikut selengkapnya.

1.      Faktor Penyebab Ekspor Impor Indonesia Lesu Menjelang Akhir Tahun

Ekonom Proyeksi Tren Neraca Perdagangan RI hingga Akhir 2024

Ekonom Proyeksi Tren Neraca Perdagangan RI hingga Akhir 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia kembali melanjutkan surplus hingga November 2024. Ini artinya, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$4,42 miliar, yang utamanya berasal dari sektor nonmigas US$5,67 miliar.

Adapun, BPS mengungkap surplus neraca perdagangan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 melebar secara signifikan.

Surplus Neraca Perdagangan 55 Bulan, Kemendag Optimistis hingga Akhir 2024

Surplus Neraca Perdagangan 55 Bulan, Kemendag Optimistis hingga Akhir 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis neraca perdagangan Indonesia akan tetap surplus hingga akhir 2024. Hal ini seiring dengan neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus selama 55 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$4,42 miliar pada November 2024, yang terdiri dari surplus neraca nonmigas sebesar US$5,67 miliar dan defisit neraca migas sebesar US$1,25 miliar.

Dari sana, surplus neraca perdagangan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan surplus pada Oktober 2024 yang tercatat US$2,48 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan pada Januari—November 2024 mencapai US$28,86 miliar.

Nikel Topang Kinerja Ekspor Nonmigas RI pada November 2024

Nikel Topang Kinerja Ekspor Nonmigas RI pada November 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nikel sebagai komoditas penopang kinerja ekspor nonmigas pada November 2024.Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyawanti menuturkan, nilai ekspor nonmigas pada November 2024 mencapai US$22,69 miliar. Angka ini turun 1,67% jika dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$23,08 miliar. Menurutnya, penurunan nilai ekspor itu terjadi lantaran nilai ekspor bijih logam dan kerak abu, minyak hewan/nabati, serta tembaga dan barang daripadanya yang anjlok.Kendati demikian, BPS mencatat realisasi ekspor nonmigas November 2024, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang cuma sebesar US$20,71 miliar. Adapun, capaian ini berkait kinerja ekspor nikel."Secara tahunan nilai ekspor November naik sebesar 9,41%. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas. Pertama pada nikel dan barang daripadanya HS75," jelas Amalia dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/12/2024).Selain nikel, kinerja ekspor nonmigas pada November 2024 juga ditopang oleh peningkatan ekspor mesin dan peralatan mekanis serta mesin dan perlengkapan elektrik.Lebih lanjut, Amalia mengatakan, ekspor nonmigas November 2024 terbesar adalah ke China senilai US$6,24 miliar. Selanjutnya, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar US$2,34 miliar dan India US$1,58 miliar.Adapun, kontribusi ketiganya mencapai 44,82%. Sementara itu, ekspor ke Asean dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$4,09 miliar dan US$1,37 miliar.Secara total, nilai ekspor Indonesia November 2024 mencapai US$24,01 miliar atau turun 1,70% dibanding ekspor Oktober 2024. Namun, bila dibandingkan November 2023 nilai ekspor naik sebesar 9,14%.Khusus ekspor migas, tercatat sebesar US$1,31 miliar. Angka ini turun 2,1% dibanding nilai ekspor migas Oktober 2024 yang senilai US$1,34 miliar.

AS - Filipina Penyumbang Surplus Neraca Terbesar RI November 2024

AS - Filipina Penyumbang Surplus Neraca Terbesar RI November 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina masih menjadi tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan terbesar Indonesia pada November 2024.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahwa Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan nonmigas dengan AS sebesar US$1,58 miliar per November 2024. Menyusul India senilai US$1,12 miliar dan Filipina adalah US$770,3 juta pada November 2024.

“Untuk negara pertama adalah Amerika Serikat, di mana surplus dikontribusikan oleh komoditas utama, yaitu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) senilai US$307,3 juta,” kata Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik di Jakarta, Senin (16/12/2024).

Impor RI Turun Penyebab Surplus Neraca Dagang Melejit pada November 2024

Impor RI Turun Penyebab Surplus Neraca Dagang Melejit pada November 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa nilai impor turun cukup besar secara bulanan, sehingga surplus neraca perdagangan November 2024 meningkat cukup tinggi menjadi US$4,42 miliar.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjabarkan bahwa pada November 2024, perdagangan Indonesia mencatatkan ekspor hingga US$24,01 miliar. Nilainya turun 1,7% secara bulanan atau dari posisi Oktober 2024 dengan ekspor US$24,42 miliar.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan terjadi baik pada kelompok minyak dan gas (migas) maupun nonmigas. Namun demikian, nilai ekspor tetap tumbuh apabila dilihat secara tahunan atau dibandingkan dengan November 2023.

Neraca Perdagangan November 2024 Surplus US$4,42 Miliar, 55 Bulan Berturut-turut

Neraca Perdagangan November 2024 Surplus US$4,42 Miliar, 55 Bulan Berturut-turut

()

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan tren surplus hingga 55 bulan berturut-turut. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus neraca dagang November 2024 senilai US$4,42 miliar.

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa dengan realisasi itu, neraca dagang Indonesia terus mempertahankan tren surplus sejak Mei 2020. Ekspor per November 2024 tercatat senilai US$24,01 miliar, dengan nilai impor yang lebih kecil sehingga surplus terjaga.

"Total nilai impor mencapai US$19,59 miliar atau turun 10,71% dari kondisi Oktober 2024," ujar Amalia dalam konferensi pers pada Senin (16/12/2024).

Neraca CAD Diramal Makin Defisit era Prabowo, Ekonom Permata Sebut Efek Mengandalkan Investasi Asing

Neraca CAD Diramal Makin Defisit era Prabowo, Ekonom Permata Sebut Efek Mengandalkan Investasi Asing

()

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan defisit neraca perdagangan Indonesia Indonesia akan semakin lebar pada tahun 2025.

Josua menjelaskan pelebaran defisit neraca perdagangan merupakan dampak ikutan dari agenda ekonomi Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengejar pertumbuhan melalui peningkatan aktivitas investasi. Pasalnya, para pemodal asing ini juga akan mendorong impor barang modal untuk aktivitas bisnisnya.

"Kami memproyeksikan kenaikan moderat pada CAD (current account deficit), naik dari 0,16% PDB pada 2023 menjadi 0,76% PDB pada keseluruhan tahun 2024. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun 2025 dengan CAD yang semakin melebar menjadi 1,22% dari PDB," jelas Josua kepada Bisnis, Minggu (15/12/2024).

Neraca Dagang RI November 2024, Konsensus Ekonom: Surplus US$2,38 Miliar

Neraca Dagang RI November 2024, Konsensus Ekonom: Surplus US$2,38 Miliar

()

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan surplus pada November 2024. Artinya, tren surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 55 bulan secara beruntun.

Berdasarkan konsensus proyeksi 17 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada November 2024 diproyeksikan sebesar US$2,38 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang Oktober 2024 senilai US$2,48 miliar.

Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom dari JP Morgan Chase Bank NA Sin Beng Ong dengan nominal US$3,6 miliar. 

Surplus Neraca Dagang RI November 2024 Diproyeksi Menurun, Imbas Harga Komoditas

Surplus Neraca Dagang RI November 2024 Diproyeksi Menurun, Imbas Harga Komoditas

()

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan surplus senilai US$2,2 miliar pada November 2024. Jumlah tersebut menurun dibandingkan surplus perdagangan sebesar US$2,48 miliar pada bulan sebelumnya atau Oktober 2024 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede mengakui bahwa tren surplus perdagangan akan terus berlanjut seperti yang terjadi dalam 54 bulan terakhir. Kendati demikian, sambungnya, belakangan juga terjadi tren penurunan surplus perdagangan akibat tidak seimbangnya pertumbuhan impor dengan ekspor.

Jelang Trump Disumpah jadi Presiden AS, Nilai Ekspor China Melesat per November 2024

Jelang Trump Disumpah jadi Presiden AS, Nilai Ekspor China Melesat per November 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai ekspor China melonjak pada November 2024 seiring upaya perusahaan-perusahaan Negeri Tirai Bambu itu bergegas mengirim barang ke AS sebelum pemberlakuan tarif baru pada masa Presiden terpilih Donald Trump. Sementara itu, nilai impor secara tak terduga turun sebagai tanda lain dari berlanjutnya pelemahan ekonomi domestik.

Data dari Bea Cukai China pada Selasa (10/12/2024) mencatat, ekspor periode November 2024 naik hampir 7% secara year on year (yoy) menjadi US$312 miliar. Pengiriman ke AS mencapai level tertinggi sejak September 2022, sementara ekspor ke Asia Tenggara melonjak ke rekor, kemungkinan karena perusahaan-perusahaan China bertujuan untuk memproses barang-barang di sana dan kemudian mengirimnya ke AS sebelum 20 Januari, ketika Donald Trump kembali ke Gedung Putih.