Manila dan Sebuah Cermin Retak
Setiap kali melintasi kawasan Waru dan Gedangan di Sidoarjo, saya merasa seakan berada di luar negeri. Lanskap urban keduanya mengingatkan saya pada Manila, ibu kota Filipina. Sebagai jalur vital penghubung Surabaya dan kawasan industri Sidoarjo serta pintu gerbang menuju Bandara Juanda, Jalan Raya Waru dan Gedangan dipadati kendaraan pribadi, truk besar, dan angkutan umum, berpadu dengan suara klakson serta kabel listrik menjuntai di atasnya.
Pemandangan ini sangat mirip dengan rute Ninoy Aquino ke SM Mall of Asia di Manila yang menggambarkan ketidaksempurnaan dalam pembangunan kota yang belum sepenuhnya matang. Fakta ini mengejutkan, mengingat Filipina memiliki Produk Domestik Bruto sebesar USD 437,1 miliar, angka yang tergolong tinggi di ASEAN. Mengapa Manila begitu tertinggal? Barangkali, warisan kultur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang dipelihara oleh rezim Ferdinand Marcos masih membekas hingga kini.