Ajakan Prabowo Berdialog dengan Tokoh Indonesia Gelap Bersambut, tapi...

JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Presiden Prabowo berdialog dengan tokoh yang menyuarakan Indonesia Gelap bersambut. Namun, ada syarat yang diberikan jika dialog itu ingin terlaksana, yakni dilakukan secara terbuka dan tanpa sensor.
Prabowo sebelumnya menyampaikan keinginan berdialog tersebut saat berbicara dengan sejumlah pemimpin redaksi media nasional di kediamannya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025).
Kepala Negara mengaku, ingin mendengar secara langsung pandangan mereka untuk mengetahui alasan mengapa mereka menganggap Indonesia gelap. Meskipun dalam forum berbeda, yaitu pada saat menemui investor dan ekonom di Menara Mandiri pada Selasa (8/4/2024), Prabowo mengklaim Indonesia cerah.
"Saya juga mau dialog, saya mau ketemulah. Mari kita bahas, mungkin tidak usah di publik, ya tokoh-tokoh yang ‘Indonesia Gelap’," kata Prabowo.
Ia pun menyatakan terbuka untuk bekerja sama memperbaiki kondisi yang menjadi perhatian kelompok-kelompok kritis itu.
“Kalau memang Indonesia gelap, mari kita kerja supaya Indonesia tidak gelap. Ya kan? Kok Indonesia gelap. Kabur saja dulu deh. Ya kan,” ucapnya.
Keinginan membangun dialog ini disampaikan Prabowo setelah sebelumnya menyampaikan bahwa ia juga akan membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh koalisi pemerintahan untuk memastikan setiap proses legislasi dapat tetap membuka ruang partisipasi publik.
Prabowo lantas menyinggung soal pembahasan revisi Undang-Undang TNI, yang menurutnya, naskah final revisi beleid itu perlu segera dipublikasikan secara luas. Hal ini agar publik tidak terus-terusan disuguhi dokumen versi tidak resmi yang beredar luas.
“Nanti Mensesneg dan tokoh-tokoh kita akan menyampaikan naskah yang sah kepada masyarakat. Bahwa ini yang sah naskahnya, supaya enggak beredar macam-macam fiktif,” ucap Ketua Umum Partai Gerindra ini.
KOMPAS.com/Haryanti Puspa Sari Pakar hukum tata negara, akademisi, dan aktivis hukum Feri Amsari di Gedung Merah Putih, Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Perwakilan tokoh Indonesia Gelap yang sekaligus pengajar Fakultas Hukum Universitas Andalas, Feri Amsari mengaku siap bertemu dan berdialog dengan Prabowo.
Namun, berbeda dari Prabowo yang meminta dialog tak dilakukan di depan publik, Feri mensyaratkan, dialog dilakukan terbuka dan tanpa sensor.
“Kalau dialognya distreaming tanpa dipotong, boleh. Pak Prabowo harus siap dan menerima untuk didebat,” kata Feri kepada Kompas.com, Selasa.
Feri menyebut, ada sejumlah hal penting yang ingin ia sampaikan langsung kepada Prabowo dalam pertemuan tersebut.
Pertama, ia menilai, janji-janji politik yang disampaikan Prabowo selama ini kerap tidak diikuti dengan langkah konkret.
“Yang mau saya sampaikan, setiap omongan Anda (Prabowo) tidak pernah ada langkah konkret yang jelas. Coba jelaskan langkah-langkah kebijakan Anda dengan terstruktur,” ujarnya.
Kedua, Feri mempertanyakan sikap Prabowo yang terkesan hanya melanjutkan pola pemerintahan sebelumnya dalam menyusun UU, yaitu minim partisipasi publik.
“Dan kapan Anda belajar mendengarkan publik lebih banyak?” tanya Feri.
Ia juga ingin menantang Prabowo untuk lebih sabar dan terbuka dalam berdiskusi. Prabowo, menurutnya, selama ini kerap menampilkan gestur emosional di ruang publik.
“Ketiga, bisakah bapak lebih tenang dalam berdiskusi tanpa harus pukul meja?" katanya.
Terakhir, Feri menyinggung orang-orang di sekitar Prabowo yang menurutnya dapat menimbulkan persoalan di kemudian hari.
Ia pun menantang Prabowo untuk berani memberhentikan orang-orang tersebut.
“Beranikah Anda memecat Luhut dan Dasco, sekaligus memberhentikan Teddy dari Seskab sampai dia mundur jadi prajurit aktif?" tandasnya.