Bunker Kwarasan di Magelang, Tempat Berlindung dari Bom yang Kini Jadi Sarang Kampret

Bunker Kwarasan di Magelang, Tempat Berlindung dari Bom yang Kini Jadi Sarang Kampret

MAGELANG, KOMPAS.com – Aroma menyengat kotoran kelelawar menyambut hidung bahkan sebelum memasuki lorong sempit Bunker Kwarasan di Magelang Tengah, Jawa Tengah.

Bangunan yang dikenal warga sebagai Bunker Jepang atau Gua Jepang ini kini menjadi sarang kelelawar, lengkap dengan tumpukan kotoran yang memenuhi lantainya.

Terletak di belakang Kantor Kecamatan Magelang Tengah, keberadaan bunker ini nyaris luput dari perhatian karena tersembunyi di balik semak belukar yang dahulu difungsikan sebagai kamuflase.

Suwaryati (78), warga Surabaya yang masa kecilnya dihabiskan di kawasan itu, mengenang masa-masa tinggal di samping bunker.

Rumah orang tuanya berada tepat di sebelah pintu masuk bunker, yang dulu masih memiliki lantai tegel, kasur, meja, dan kursi.

"Saat zaman geger 1949, adik saya lahir di bunker. Ibu melahirkan bersama bapak dan anak-anaknya. Karena lahir di zaman itu, adik saya dikasih nama Geger Sudiyanto," kisahnya, Kamis (10/4/2025).

Suwaryati adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Geger, sang adik, merupakan anak keenam dan telah meninggal sekitar lima tahun lalu.

Jalur masuk bunker menyerupai lorong bawah tanah, dengan enam ruangan di dalamnya dan satu ventilasi udara.

Cerobong udara yang menjulang di bagian atas masih tampak berdiri, meski kini berkarat. Kondisi di dalam bunker sangat gelap, hanya sedikit cahaya masuk dari ventilasi, sementara kelelawar memenuhi langit-langit ruangan.

Bagus Priyana, penggiat sejarah dan Koordinator Komunitas Kota Toea Magelang, menjelaskan bahwa bunker ini dibangun atas imbauan dari Luchtgevaar en Luchtbescherming Diens (LBD), lembaga pertahanan sipil anti-serangan udara bentukan Pemerintah Kolonial Belanda.

"Bunker yang mulanya bersifat imbauan menjadi semacam kewajiban. Di setiap bangunan kantor, rumah, sampai sekolah ada bunker atau tempat berlindung," ujarnya.

Menurut Bagus, pembangunan bunker dilakukan karena kekhawatiran atas serangan udara Jepang, yang saat itu sudah menginvasi China pada era 1930-an.

Selain Bunker Kwarasan, ia juga mengidentifikasi dua bunker lain di Magelang rumah pengusaha cerutu Ko Kwat Ie dan di area SMP Tarakanita.

Chandra Gusta Wisnuwardana, penggiat sejarah dari kolektif Mlaku Magelang, menyebut bahwa keberadaan bunker dan situs sejarah lainnya seharusnya dapat diangkat menjadi destinasi wisata edukatif.

"Kami, melalui telusur situs-situs bersejarah, berupaya membangun kesadaran sejarah lokal di akar rumput," katanya.

Gusta menambahkan, rute Stadswijk Kwarasan menjadi salah satu program jelajah situs yang rutin mereka adakan, dengan Bunker Kwarasan sebagai salah satu pemberhentiannya.

Ia menyayangkan kondisi bunker yang kini tidak terawat, padahal memiliki nilai sejarah tinggi. Ia menilai pemerintah perlu mengambil langkah nyata dalam revitalisasi situs tersebut agar bisa menjadi bagian dari wisata sejarah Kota Magelang.

 

Sumber