Gempa Dahsyat di Myanmar: Upaya Penyelamatan Terhambat Cuaca Panas

Gempa Dahsyat di Myanmar: Upaya Penyelamatan Terhambat Cuaca Panas

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Tim penyelamat di Myanmar menghadapi tantangan yang semakin berat dalam upaya mencari korban selamat tiga hari setelah gempa Myanmar dahsyat yang mengguncang negara tersebut.

Suhu di Myanmar diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius, yang menyebabkan petugas penyelamat kelelahan dan mempercepat pembusukan tubuh korban, sehingga menyulitkan proses identifikasi.

Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 yang terjadi pada Jumat (28/3/2025) di dekat Mandalay, diikuti oleh gempa susulan berkekuatan M 6,7, telah mengakibatkan sedikitnya 1.700 orang tewas di Myanmar, dengan beberapa korban juga dilaporkan di Thailand.

Kerusakan parah terlihat di berbagai daerah, terutama di Myanmar bagian tengah, di mana bangunan runtuh, jembatan roboh, dan jalan tertekuk.

Masyarakat setempat masih enggan untuk kembali ke rumah mereka dan memilih untuk tinggal di luar atau di tenda darurat.

Kejadian tragis terjadi ketika tim penyelamat mengira mereka telah menyelamatkan seorang perempuan hamil yang terperangkap di bawah reruntuhan selama lebih dari 55 jam.

Setelah melakukan amputasi pada kakinya untuk mengeluarkannya, perempuan tersebut dinyatakan meninggal dunia.

"Kami mencoba segalanya untuk menyelamatkannya," kata salah satu petugas medis, menambahkan bahwa perempuan itu telah kehilangan terlalu banyak darah akibat amputasi, seperti yang dilaporkan oleh AFP.

Di sisi lain, umat Muslim berkumpul di dekat masjid yang hancur pada Senin pagi untuk melaksanakan shalat Idul Fitri pertama, setelah bulan puasa Ramadhan.

Pemakaman ratusan korban diperkirakan akan dilaksanakan pada hari ini.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah telah meluncurkan permohonan darurat pada Minggu untuk mengumpulkan lebih dari 100 juta dollar (setara Rp 1,6 triliun) guna membantu para korban.

Jaringan kemanusiaan terbesar di dunia ini mengungkapkan, kebutuhan akan bantuan semakin mendesak seiring dengan meningkatnya suhu dan mendekatnya musim hujan, yang dapat memperparah "krisis sekunder".

Tantangan yang dihadapi oleh Myanmar, sebuah negara Asia Tenggara dengan populasi lebih dari 50 juta orang, sudah sangat besar bahkan sebelum terjadinya gempa bumi.

Sumber