Lebanon Didesak Segera Lucuti Senjata Hizbullah dan Kelompok Lainnya

BEIRUT, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) kembali mendesak Pemerintah Lebanon untuk segera melucuti senjata Hizbullah dan kelompok bersenjata lainnya yang masih beroperasi di negara tersebut.
Desakan ini disampaikan oleh utusan AS, Morgan Ortagus, dalam wawancara dengan lembaga penyiaran Lebanon, LBCI, yang disiarkan pada Minggu (6/4/2025).
Wawancara ini berlangsung di akhir kunjungan resmi Ortagus yang berlangsung selama tiga hari di Beirut.
Selama kunjungan tersebut, Ortagus melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat penting Lebanon, termasuk Presiden Joseph Aoun, Perdana Menteri Nawaf Salam, Ketua Parlemen Nabih Berri, serta berbagai pejabat tinggi dan perwakilan politik Lebanon lainnya.
Kunjungan Ortagus datang setelah beberapa pekan meningkatnya serangan udara Israel di wilayah Lebanon.
Serangan ini terutama menyasar anggota Hizbullah yang didukung oleh Iran, serta fasilitas penyimpanan senjata kelompok tersebut, termasuk dua serangan yang terjadi di wilayah Beirut selatan.
Tembakan roket dari Lebanon ke Israel juga turut memperburuk ketegangan, meskipun Hizbullah membantah keterlibatannya dalam insiden tersebut.
Insiden ini berpotensi mengguncang gencatan senjata yang telah rapuh antara kedua pihak, yang sebelumnya mengakhiri konflik selama satu tahun.
Gencatan senjata tersebut juga mencakup komitmen untuk pelucutan senjata seluruh kelompok bersenjata di Lebanon.
“Sudah jelas bahwa Hizbullah perlu dilucuti, dan bahwa Israel tidak akan tinggal diam terhadap aksi kekerasan dari kelompok teroris yang menargetkan wilayahnya. Pandangan tersebut dapat kami pahami,” ujar Ortagus dalam wawancara tersebut.
Ortagus juga menambahkan, pihaknya terus mendorong Pemerintah Lebanon untuk segera melaksanakan penghentian permusuhan, yang mencakup pelucutan senjata Hizbullah dan seluruh milisi bersenjata.
Saat ditanya mengenai tenggat waktu untuk pelucutan senjata tersebut, Ortagus menegaskan, “Secepat mungkin.”
“Meskipun tidak ada jadwal yang ditetapkan secara spesifik, kami yakin bahwa semakin cepat Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dapat mencapai tujuan itu dan melucuti seluruh milisi di negara ini, maka semakin cepat pula rakyat Lebanon dapat menikmati kebebasan,” kata Ortagus.
Kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pada November lalu menyatakan bahwa pasukan Lebanon harus membongkar posisi-posisi militer kelompok bersenjata dan menyita senjata ilegal, dimulai dari wilayah Lebanon selatan.
Sejak kesepakatan tersebut, militer Lebanon telah menghancurkan ratusan tempat penyimpanan senjata di Lebanon selatan, menurut sumber keamanan yang dikutip Reuters.
Namun, Hizbullah menolak upaya pelucutan senjata tersebut. Kelompok yang berbasis di Lebanon ini berargumen bahwa gencatan senjata hanya berlaku untuk wilayah Lebanon selatan dan tidak mencakup seluruh negara.
Hizbullah juga menilai serangan udara Israel serta keberadaan pasukan Israel di lima titik perbukitan Lebanon selatan sebagai pelanggaran utama terhadap kesepakatan tersebut.