Menanti Titik Terang Penyebab Mahasiswa UKI Tewas di Kampusnya

Menanti Titik Terang Penyebab Mahasiswa UKI Tewas di Kampusnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kematian mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Kenzha Ezra Walewangko (22) belum juga menemui titik terang. Penyebab kematian mahasiswa itu belum juga terungkap sejak Selasa (4/3/2025).

Mulanya, Kenzha diduga tewas karena dikeroyok. Namun, sejauh ini polisi belum menemukan bukti adanya pengeroyokan tersebut, termasuk pelakunya.

Ayah Kenzha, E.H. Happy Walewangko, meminta polisi transparan dalam mengusut kematian anaknya. 

“Kami (keluarga korban) sangat berharap ada transparansi dari pihak kepolisian untuk mengungkap hasil dari otopsi Kenzha,” kata Happy saat dihubungi, Senin (7/4/2025).

Transparansi ini dinilai sangat penting penting untuk mengungkap kejelasan kasus kematian putranya mahasiswa UKI ini.

“Sampai sekarang hasil dari otopsi itu tidak pernah ada atau tidak diberitahukan kepada kami selaku keluarga korban,” ungkap dia.

Happy meyakini putranya meninggal dunia akibat dikeroyok.

“Kami mengetahui bahwa anak ini atau korban atau si Kenzha itu dianiaya, ada pengeroyokan, dikeroyok hingga dia meninggal, dikeroyok habis-habisan,” kata Happy.

Keyakinan ini didasarkan pada luka-luka yang terlihat secara kasat mata di tubuh Kenzha.

Bahkan, saat jenazah Kenzha dimandikan, ditemukan bekas tapak sepatu di pundak belakang sebelah kiri.

“Ada luka lebam atau kebiruan di bagian pundak belakang sebelah kiri dan hampir sekujur punggung itu lebam,” tutur Happy.

Luka yang terlihat sangat jelas adanya jejak sepatu di tubuh Kenzha.

“Yang sangat terlihat itu jejak sepatu, tanda dari sol ada di pundak kiri atas bagian belakang tubuh,” lanjut dia.

Selain itu, ada bekas pukulan benda keras menyerupai balok di bagian belakang tubuh Kenzha.

“Di kepala, di telinga kanan atas, di belakang sedikit ada luka seperti remuk atau bocor. Tengkorak juga terlihat sampai bagian dalamnya ketika dimandikan,” ujar Happy.

Berdasarkan keterangan dari kakak Kenzha yang memandikan jenazah sang adik, tulang rusuk Kenzha patah di bagian kiri.

“Ada satu atau dua yang patah berarti banyak mengalami siksaan. Jadi, Kenzha tersiksa sebelum mati, itu sangat-sangat disayangkan,” ucap Happy.

Dengan banyaknya luka di tubuh Kenzha, keluarga mengaku tidak tega untuk melihatnya.

“Namun, karena ingin melihat langsung anak kami dengan bukti secara kasat mata,” tegas dia.

Kenzha sempat curhat ke kakaknya, Victory, mengalami perundungan sebelum meninggal dunia.

“Beberapa bulan sebelum Kenzha meninggal dunia, dia sempat curhat ke abangnya (Victory) karena dibully oleh para senior,” kata Happy.

Kenzha sempat mengaku diperintahkan senior itu untuk berguling-guling di atas tanah.

“Kalau tidak salah senior atau dari fakultas lain, Kenzha disuruh berguling-guling, jungkir balik,” jelas dia.

Akibat perundungan itu Kenzha sempat mengeluh ke Victory tidak ingin datang ke kampus.

“Kenzha ada keengganan ke kampus mungkin karena faktor itu, dibully sama senior atau fakultas yang lain,” ujar Happy.

Happy menduga polisi membelokan fakta penyebab tewasnya Kenzha.

“Menurut informasi, Kapolres Jakarta Timur dan juga bagian Reskrim atau Kasat ada semacam untuk membelokan persoalan ini dari pengeroyokan (penyebab tewasnya Kenzha),” kata Happy.

Berdasarkan informasi yang diterima Happy, ada polisi yang bekerja di UKI.

“Mereka (kepolisian) ada yang salah satunya itu dosen atau pengajar di UKI,” lanjut dia.

Happy menilai, hubungan ini menjadi upaya untuk menutupi penyebab tewasnya kenzha akibat dikeroyok.

“Jadi, ada upaya untuk menutupi kasus ini dari pengeroyokan. Ada upaya bahwa kasus ini kesalahan korban,“ ujar Happy.

Happy juga meminta polisi memeriksa lika satpam yang ada di tempat kejadian perkara (TKP).

“Pengeroyokan Kenzha disaksikan oleh satpam yang menurut informasi ada lima di TKP,” ungkap dia.

Namun, lima satpam itu membiarkan tindakan kekerasan yang berujung tewasnya Kenzha.

“Oleh sebab itu, kami juga akan mencoba untuk mengarahkan agar satpam juga diperiksa dan ditindak lanjut karena adanya hal pembiaran sampai menghilangkan nyawa,” kata Happy.

Terpisah, Polres Metro Jakarta Timur mengaku sudah menerima hasil laboratorium forensik (labfor) terkait kematian Kenzha secara lisan.

"Untuk saat ini hasil otopsi dan hasil labfor belum kami terima. Tapi untuk hasil labfor sudah, tapi penyampaian lisan sudah," ungkap Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly saat ditemui di UKI, Rabu (26/3/2025).

Namun, saat ini polisi masih menunggu hasil otopsi jasad Kenzha secara resmi untuk mengetahui penyebab kematian Kenzha.

“Itu harus diserahkan dulu ke bagian otopsi untuk menentukan. Otopsi itu sekali lagi untuk menentukan penyebab kematian,” kata Nicolas.

Nicolas membantah penyidik sengaja mengulur-ulur waktu dalam menangani kasus ini.

Menurut dia, penyidik perlu memeriksa seluruh barang bukti yang diperiksa agar penyebab kematian Kenzha bisa diketahui seutuhnya.

“Ada pemeriksaan digital forensik terkait dengan CCTV yang ada. Pemeriksaan tentang jaringan, histopatologi, pemeriksaan tentang toksikologi. Pemeriksaan terhadap DNA dan pemeriksaan yang lain-lain. Itu yang menyebabkan hasilnya agak lama," tutur Nicolas.

Nicolas menyampaikan, ada proses scientific crime investigation yang dipegang teguh dalam penyelidikan kasus kematian Kenzha.

Sumber