Menkes Bekukan PPDS Anestesi Unpad-RSHS Imbas Kasus Pemerkosaan

Menkes Bekukan PPDS Anestesi Unpad-RSHS Imbas Kasus Pemerkosaan

SOLO, KOMPAS.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutuskan untuk menghentikan sementara Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang berpraktik di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Kebijakan ini diambil setelah seorang dokter residen dari program tersebut, Priguna Anugerah Pratama, melakukan pemerkosaan terhadap keluarga pasien di RSHS.

Penghentian program selama satu bulan tersebut bertujuan untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan, pengawasan, dan tata kelola peserta didik.

“Kita akan mem-freeze anestesi di Unpad dan RSHS untuk lihat kekurangannya mana yang harus diperbaiki. Kalau kita perbaiki sampai jalan kan susah,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Kota Solo, Jumat (11/4/2025).

Menkes menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku untuk menimbulkan efek jera. Salah satunya adalah pencabutan hak praktik secara permanen.

“Ini harus ada efek jera, jadi kita harus pastikan STR (Surat Tanda Register), SIP (Surat Ijin Praktek) harus dicabut karena memang sekarang ada, di Kemenkes dengan Undang-undang yang baru. Sehingga dia enggak bisa praktik lagi,” tegas Budi.

Menurutnya, kasus ini seharusnya bisa dicegah bila ada sistem pencegahan yang memadai, terutama dalam aspek kesehatan mental peserta didik.

“Ini kan bisa dicegah. Ini kan masalah kejiwaan, masalah mental,” ujarnya.

Sebagai langkah pencegahan, Kemenkes akan memberlakukan tes kesehatan mental wajib bagi seluruh peserta PPDS, baik saat seleksi masuk maupun secara berkala setiap tahun.

“Sekarang Kemenkes akan mewajibkan semua peserta PPDS yang mau masuk harus tes mental dulu. Dan setiap tahun karena mereka kan under a lot of pressure, tekanannya banyak. Setiap tahun harus tes mental,” lanjut Budi.

Upaya ini diharapkan mampu mengidentifikasi peserta didik yang mengalami gangguan seperti kecemasan atau depresi sejak dini, sehingga intervensi dapat segera dilakukan.

“Sehingga dengan begitu kita bisa melihat kalau ada yang anxiety, apa cemas, ada yang depresi itu bisa ketahuan lebih dini sehingga kita bisa perbaiki,” jelasnya.

 

Sumber