Prabowo: Seribu Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak

Prabowo: Seribu Teman Terlalu Sedikit, Satu Musuh Terlalu Banyak

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia memegang teguh filosofi politik luar negeri yang bebas aktif, netral, dan mengedepankan hubungan damai dengan semua pihak.

Presiden Prabowo menekankan bahwa prinsip netralitas ini sejalan dengan filosofi kuno yang menjadi warisan peradaban Asia.

"Seribu teman terlalu sedikit. Satu musuh terlalu banyak. Kalimat ini sangat sederhana tapi sulit untuk diwujudkan," ucap Presiden dalam pidatonya di acara Antalya Diplomacy Forum (ADF) di Turkiye, Jumat (11/4/2025).

Prabowo menyebut bahwa prinsip ini telah menjadi tradisi sejak Indonesia bersama India, Mesir, dan Yugoslavia mendirikan Gerakan Non-Blok.

“Rakyat kami tidak ingin dilibatkan dalam aliansi atau blok manapun, khususnya blok militer. Kami netral," kata Prabowo 

Menurut Kepala Negara, filosofi ini juga menjadi fondasi suksesnya perdamaian di kawasan Asia Tenggara melalui pembentukan ASEAN.

Presiden Prabowo menyebut bahwa meskipun ada perbedaan, ASEAN memilih berdialog daripada bertikai.

"Kita memiliki perbedaan, tapi kita cenderung menggunakan diplomasi. Kita cenderung bicara, bicara, dan bicara. Dan terkadang bicara itu membosankan, tapi lebih baik bicara daripada bertikai," kata Presiden.

Prabowo pun menegaskan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai jembatan dan mediator dalam hubungan internasional, khususnya dengan negara-negara besar di dunia.

Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan seluruh kekuatan global demi menciptakan stabilitas dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Presiden Prabowo juga menyampaikan bahwa sejak awal kepemimpinannya, ia telah menetapkan kebijakan bertetangga baik. Hal tersebut sebagai salah satu prinsip utama diplomasi Indonesia.

"Saya ingin berada dalam hubungan yang sangat baik. Saya ingin menghormati semua kekuatan besar, sebagaimana saya berharap mereka juga menghormati kita," kata Presiden.

Sumber