Amerika Serikat

Menteri Perdagangan China Peringatkan Tarif AS Bisa Picu Krisis Kemanusiaan

Menteri Perdagangan China Peringatkan Tarif AS Bisa Picu Krisis Kemanusiaan

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan China Wang Wentao mengatakan bahwa keputusan Amerika Serikat (AS) untuk menerapkan tarif tinggi berpotensi menimbulkan dampak besar bagi negara-negara berkembang, bahkan bisa memicu krisis kemanusiaan.

Pernyataan tersebut disampaikan Wang dalam pertemuan virtual dengan Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo pada Jumat (11/4/2025). 

Wang menegaskan bahwa langkah China untuk membalas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump bertujuan untuk melindungi hak dan kepentingan sah negaranya, sekaligus mempertahankan prinsip keadilan dalam komunitas internasional.

Tesla Setop Pemesanan Model S dan X di China, Efek Perang Dagang AS-China

Tesla Setop Pemesanan Model S dan X di China, Efek Perang Dagang AS-China

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China kian memanas dan mulai menimbulkan dampak langsung ke sektor otomotif. Imbasnya, produsen kendaraan listrik asal AS Tesla Inc. menghentikan layanan pemesanan untuk model S dan model X di pasar China.

Langkah ini diambil setelah Pemerintah China resmi mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap seluruh produk asal AS menjadi 125% mulai 12 April 2025. 

Adapun, kebijakan ini merupakan respons atas tarif impor balasan setara yang sebelumnya diberlakukan oleh Pemerintah AS, dalam upaya menekan defisit perdagangan dan memberikan sanksi atas tindakan retaliasi Beijing terhadap pajak barang impor AS.

Rp2.847 Triliun Uang Dana Pensiun di AS Hilang Gara-Gara Tarif Trump

Rp2.847 Triliun Uang Dana Pensiun di AS Hilang Gara-Gara Tarif Trump

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai investasi dana pensiun terbesar di Amerika Serikat anjlok tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor global. 

Dalam waktu hanya empat hari perdagangan, kerugian yang dialami 25 dana pensiun negara bagian dan lokal terbesar di AS ditaksir mencapai US$169 miliar, atau setara Rp2.847 triliun (asumsi kurs Jisdor Rp16.849 per dolar AS per 8 April 2025).

Dilansir dari Bloomberg pada Sabtu (12/4/2025), laporan ini diungkap oleh Equable Institute, lembaga nirlaba bipartisan yang berbasis di New York dan fokus pada isu-isu pensiun. 

Trump Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Negara

Trump Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Negara

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pihaknya dapat menawarkan beberapa pengecualian terkait pengenaan tarif impor baru kepada para mitra dagang AS.Pekan ini, Trump telah mengumumkan tarif minimum 10% dan tarif resiprokal yang lebih tinggi ke sejumlah negara. Meski akan ada beberapa pengecualian, Trump menekankan bahwa tarif minimum 10% tetap berlaku."Mungkin ada beberapa pengecualian karena alasan yang jelas, tetapi saya akan mengatakan 10% adalah batas bawah," kata Trump dikutip dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2025).Namun, dia tak memerinci alasan dan syarat pengecualian yang dimaksud.

Harga Minyak Dunia Memanas Usai AS Ancam Blokir Ekspor Iran

Harga Minyak Dunia Memanas Usai AS Ancam Blokir Ekspor Iran

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia naik lebih dari US$1 pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025) waktu Amerika Serikat (AS) atau Sabtu (12/4/2025) waktu Indonesia.Kenaikan harga minyak terjadi setelah AS mengancam untuk memblokir ekspor minyak Iran. Ultimatum AS itu ditujukan agar Iran mau membatasi program nuklir yang kontroversial.Melansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,43 atau 2,26% menjadi US$64,76 per barel. Senada, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,43 atau 2,38% menjadi US$61,5 per barel.Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow mengatakan, rencana AS menghentikan ekspor dari Iran memicu pengurangan pasokan minyak global. Karena itu, harga minyak pun mulai mendaki."Penegakan pembatasan yang ketat terhadap ekspor minyak mentah Iran akan mengurangi pasokan global," katanya.Di sisi lain, rencana AS itu juga menjadi momentum kenaikan harga minyak dunia. Mengingat, pada pekan lalu harga minyak merosot imbas kebijakan tarif resiprokal ala Presiden Donald Trump kepada sejumlah negara.Alarm perang dagang pun mulai menyala antara AS dan China. Hal ini terjadi usai China menaikkan tarif impor untuk barang AS menjadi 125%.Langkah itu diambil sebagai respons dari kebijakan Trump yang mengenakan tarif impor untuk barang China sebesar 145%.Pekan ini, Trump menangguhkan kebijakan kenaikan tarif impor untuk sejumlah negara tersebut. Namun, perselisihan antara AS dan China dinilai tetap berlanjut.Hal ini diproyeksi menekan harga minyak untuk beberapa waktu ke depan. Sebab, meski ditangguhkan kebijakan tarif Trump kemungkinan akan mengurangi volume perdagangan global dan mengganggu rute perdagangan.Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank Ole Hansen menilai kebijakan tarif Trump juga dapat membebani pertumbuhan ekonomi global dan mengurangi permintaan minyak."Meskipun penerapan beberapa tarif, tidak termasuk yang dikenakan pada China, tertunda selama 90 hari, kerusakan pasar telah terjadi, membuat harga berjuang untuk mendapatkan kembali stabilitas," kata Hansen.

Kehadirannya Sangat Vital, Tapi Dubes Indonesia di AS Masih Kosong

Kehadirannya Sangat Vital, Tapi Dubes Indonesia di AS Masih Kosong

(2 bulan yang lalu)

JAKARTA, KOMPAS.com - Posisi Duta Besar (Dubes) untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat (AS) masih kosong di tengah upaya negosiasi tarif impor.

Padahal menurut anggota Komisi I DPR Sarifah Ainun Jariyah, posisi Dubes dalam membantu memuluskan komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan AS.

"Kehadiran diplomat tetap di Washington DC diharapkan dapat lebih memuluskan komunikasi dan negosiasi antara kedua negara," ujar Sarifah lewat keterangan tertulisnya, Jumat (11/4/2025).

Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Tensi perang tarif impor antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin panas menyusul langkah China yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang dari AS menjadi 125%.

Tarif balasan tersebut merupakan respons Negeri Tirai Bambu setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145%.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (11/4/2025) Kementerian Keuangan China menjelaskan bahwa negaranya akan mengabaikan tarif lebih lanjut dari AS terhadap produk-produk China.

Xi Jinping Balas Trump, China Tetapkan Tarif Impor 125% ke Amerika Serikat

Xi Jinping Balas Trump, China Tetapkan Tarif Impor 125% ke Amerika Serikat

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — China resmi menaikkan tarif impor untuk semua barang dari Amerika Serikat menjadi 125% dan akan berlaku besok, Sabtu (12/4/2025).

Dilansir dari Bloomberg, langkah tersebut dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145%.

Kementerian Keuangan China menjelaskan bahwa negaranya akan mengabaikan tarif lebih lanjut dari AS terhadap produk-produk Negeri Tirai Bambu.

"Mengingat tidak ada lagi kemungkinan penerimaan pasar untuk barang-barang AS yang diekspor ke China berdasarkan tingkat tarif saat ini, jika pihak AS kemudian terus mengenakan tarif pada barang-barang China yang diekspor ke AS, pihak China tidak akan memperhatikannya," tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan China, dilansir dari Bloomberg pada Jumat (11/4/2025).

Kementerian ESDM Buka Suara soal Wacana RI Impor LNG dari AS

Kementerian ESDM Buka Suara soal Wacana RI Impor LNG dari AS

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara terkait wacana pemerintah mengimpor gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) dari Amerika Serikat (AS).Adapun, rencana tersebut sebelumnya diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai negosiasi tarif baru AS.Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menuturkan pihaknya masih sepakat dengan SKK Migas yang menyebut hingga saat ini belum ada rencana impor LNG untuk kebutuhan domestik dari Negeri Paman Sam.Pasalnya, Indonesia masih mampu memproduksi LNG di dalam negeri. Bahkan, Indonesia masih bisa melakukan ekspor. Selain itu, Dadan juga menghormati kontrak-kontrak dagang dengan negara lain."Kan teman-teman juga tahu kalau LNG itu sebagian di ekspor. Dan itu perjanjiannya kan sudah terjadi pada saat sebelumnya, bukan sekarang gitu. Nah sekarang konsumsi kita naik," jelas Dadan di Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Jumat (11/4/2025).Dia juga menuturkan bahwa selama tiga bulan belakangan RI berhasil memenuhi permintaan LNG untuk kebutuhan domestik dari produksi di Tanah Air.Kendati demikian, dia tetap menghormati jika kelak pemerintah membuat perjanjian baru dengan AS. Namun, menurut Dadan perjanjian impor dengan AS itu adalah untuk liquefied petroleum gas (LPG)."Kita sedang menjajaki dan nanti juga ada perjanjian pemerintah juga dengan Amerika, ada perjanjian kontrak antara badan usaha untuk yang LPG-nya," kata Dadan.Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan pemerintah melakukan penyesuaian alokasi ekspor gas ke Singapura demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.Dia menyebut, pemerintah akan mengurangi alokasi ekspor gas dari Sumatra dan mengalihkannya ke pasar domestik untuk Juni 2025. Sementara itu, pemenuhan permintaan gas Singapura akan dioptimalkan dari pasokan gas Natuna."Sementara ini, kita masih upayakan pemenuhan LNG itu dari dalam negeri. Kita akan memaksimalkan [realokasi] ekspor gas pipa dari Natuna, yang dari Sumatra kita kurangi [ekspor] yang ke Singapura untuk kebutuhan dalam negeri," kata Djoko di Jakarta, Rabu (9/4/2025). Djoko mengatakan, alokasi ekspor dari Sumatra yang akan dikurangi itu sekitar 30 million standard cubic feet per day (MMscfd). "Untuk sementara targetnya 30 MMscfd, tiga kargo lah," tuturnya. Untuk periode April-Mei 2025, Djoko mengungkapkan, pemerintah juga telah merelokasi lima kargo gas alam cair (LNG) jatah ekspor dari Kilang Tangguh, Bontang, dan Donggi Senoro untuk memenuhi kebutuhan konsumen utama dalam negeri, PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN dan PT PLN (Persero). Keduanya bahkan, mau tidak mau harus membelinya dengan harga lebih mahal."Memang harganya agak tinggi ya 17,4% dari ICP. Mau tidak mau, soalnya kita mengalihkan dari ekspor ke dalam negeri," kata Djoko.

Dubes Indonesia di AS Masih Kosong di Tengah Upaya Negosiasi Tarif

Dubes Indonesia di AS Masih Kosong di Tengah Upaya Negosiasi Tarif

(2 bulan yang lalu)

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Posisi Duta Besar (Dubes) untuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC, Amerika Serikat (AS) masih kosong di tengah upaya negosiasi tarif impor.

Padahal menurut anggota Komisi I DPR Sarifah Ainun Jariyah, posisi Dubes dalam membantu memuluskan komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan AS.

"Kehadiran diplomat tetap di Washington DC diharapkan dapat lebih memuluskan komunikasi dan negosiasi antara kedua negara," ujar Sarifah lewat keterangan tertulisnya, Jumat (11/4/2025).

Menanti Peluang Ekspor RI Usai Tarif Trump Ditunda

Menanti Peluang Ekspor RI Usai Tarif Trump Ditunda

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Penundaan kebijakan tarif timbal balik Amerika Serikat (AS) diyakini memberi keuntungan bagi ekspor Indonesia. Pemerintah harus sigap 

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan kesempatan Indonesia untuk mengirim barang ke AS terbuka selama 90 hari ke depan, yang diharapkan dapat menjaga kinerja ekspor Tanah Air. 

“Kesempatan untuk mengirim barang selama penundaan reciprocal tariff,” kata Benny kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

Menurut Benny, penundaan kebijakan tarif tinggi akan menguntungkan Indonesia. Salah satu keuntungan untuk Indonesia adalah bisa lakukan pengiriman barang dengan tarif 10% terhadap harga cost and freight (CNF) atau eksportir menanggung biaya transportasi barang cargo sampai ke pelabuhan tujuan.

Langkah RI Selanjutnya usai Tarif Timbal Balik Trump Ditunda

Langkah RI Selanjutnya usai Tarif Timbal Balik Trump Ditunda

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia mengedepankan dialog dan negosiasi dalam merespons pemberlakuan tarif timbal balik yang dilakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. 

Di sisi lain, situasi perang dagang ini dapat menjadi momentum positif bagi Indonesia memperkuat kerja sama regionalnya.

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti menilai penundaan tarif impor AS menjadi sinyal positif. Dia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak melakukan tindakan Balasan atau retaliasi terhadap AS.

Ini Jadwal Negosiasi Tim RI ke AS usai Tarif Trump Ditunda 90 Hari

Ini Jadwal Negosiasi Tim RI ke AS usai Tarif Trump Ditunda 90 Hari

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Utusan pemerintah Indonesia akan bertandang ke Amerika Serikat untuk bernegosiasi soal tarif Trump. Adanya penundaan tarif impor selama 90 hari memberi waktu lebih bagi banyak negara, termasuk Indonesia, untuk bernegosiasi.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa pemerintah telah menjalin komunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait tarif impor.

Menurutnya, Indonesia masih menunggu waktu yang diberikan oleh pihak AS.

"Indonesia sudah berkirim surat dengan USTR [United States Trade Representative atau Kantor Perwakilan Dagang AS], Secretary Commerce [Howard Lutnick], dan Secretary Treasury [Scott Bessent] dan selanjutnya menunggu jadwal yang diberikan oleh masing masing kementerian," ujar Airlangga kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

Penundaan Tarif AS Untungkan Posisi Tawar Indonesia

Penundaan Tarif AS Untungkan Posisi Tawar Indonesia

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Penundaaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpotensi memperkuat posisi tawar Indonesia terhadap AS. 

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah Indonesia harus memanfaatkan momentum penundaan tarif ini untuk menyesuaikan kembali skema negosiasi.

“Penundaan [tarif tinggi] ini bisa dibaca sebagai jendela waktu untuk memperkuat posisi tawar, terutama dalam kerangka kerja sama perdagangan dan investasi yang lebih seimbang dengan AS,” kata Andry kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).

Vietnam dan AS Sepakat Mulai Negosiasi Perjanjian Perdagangan

Vietnam dan AS Sepakat Mulai Negosiasi Perjanjian Perdagangan

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer di Washington dan sepakat untuk memulai negosiasi perjanjian perdagangan timbal balik.

Dikutip Bloomberg, Kamis (10/4/2025), Phoc mengatakan Vietnam ingin bekerja sama dengan badan-badan AS yang relevan untuk mengkonkretkan isi pembicaraan antara Sekretaris Jenderal To Lam dan Presiden AS Donald Trump guna terus menjaga hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil dengan AS.

“Hal ini dilakukan untuk kepentingan bisnis dan masyarakat kedua negara," ucapnya dikutip Kamis (10/4/2025)

Goldman Sachs Ralat Proyeksi AS Resesi setelah Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

Goldman Sachs Ralat Proyeksi AS Resesi setelah Trump Tunda Tarif Impor 90 Hari

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Goldman Sachs Group Inc. meralat proyeksi bahwa Amerika Serikat akan mengalami resesi ekonomi sebagai dampak dari pengenaan tarif Trump. Perubahan proyeksi dilakukan karena adanya penundaan tarif impor AS selama 90 hari kepada sebagian besar negara.

Dilansir dari Bloomberg, tim Goldman Sachs yang dipimpin oleh Jan Hatzius menjelaskan bahwa pihaknya mengubah proyeksi ekonomi AS dengan mengalihkannya ke garis dasar resesi. Hal itu merespons kebijakan tarif impor yang mulai berlaku Rabu (9/4/2025) waktu Amerika Serikat (AS) dan penundaan 90 hari oleh Presiden AS Donald Trump.

Trump Naikkan Tarif Impor China jadi 125%, Tunda Tarif Negara Lain 90 Hari

Trump Naikkan Tarif Impor China jadi 125%, Tunda Tarif Negara Lain 90 Hari

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang semakin memanas setelah Amerika Serikat mengenakan Tarif Trump 125% kepada China, naik dari sebelumnya yang sebesar 104%. Namun, Trump justru menunda pengenaan tarif bagi negara-negara lain selama 90 hari.

Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan keputusannya itu melalui media sosial Truth Social pada Rabu (9/4/2025) pukul 13.18 waktu AS. Perubahan sikap itu terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku.

Penerapan Tarif Resiprokal AS Dinilai Timbulkan Ketidakstabilan Pekerja Dalam Negeri

Penerapan Tarif Resiprokal AS Dinilai Timbulkan Ketidakstabilan Pekerja Dalam Negeri

(2 bulan yang lalu)

JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Jakarta menilai penerapan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) berpotensi menimbulkan ketidakstabilan pekerja dalam negeri.

"Risiko lebih jauh, tentu hal ini akan berpeluang dalam menimbulkan ketidakstabilan kondisi pekerja dalam negeri," ucap Kepala Dinas PPKUKM DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (9/4/2025).

Di sisi lain, penerapan tarif resiprokal juga berpotensi menurunkan daya saing ekspor secara signifikan, terutama pada sektor padat karya.

Ekonomi hingga Ekspor RI Berpotensi Turun Jika Pemerintah Gagal Lobi Trump

Ekonomi hingga Ekspor RI Berpotensi Turun Jika Pemerintah Gagal Lobi Trump

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut laju perekonomian hingga ekspor Indonesia bisa anjlok jika pemerintah gagal menegosiasikan kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal 32% yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump untuk Indonesia.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho menilai jika Trump tetap mengenakan tarif resiprokal 32% terhadap Indonesia, maka efek yang terasa adalah berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

Strategi Prabowo Atasi Tarif Trump: Negosiasi dan Cari Pasar Baru

Strategi Prabowo Atasi Tarif Trump: Negosiasi dan Cari Pasar Baru

(2 bulan yang lalu)

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga hari pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif impor untuk Indonesia sebesar 32 persen, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan langkah-langkah dalam menyikapi kebijakan tersebut.

Di hadapan enam pemimpin redaksi media yang diundangnya ke Padepokan Garuda Yaksa, Kabupaten Bogor, pada Minggu (6/4/2025), Prabowo mengatakan bahwa dirinya mengutus Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto untuk terbang ke AS untuk menegosiasikan tarif impor itu.

Selain itu, bagaimana sikap Prabowo dalam menyikapi tarif impor Trump sebesar 32 persen untuk Indonesia. Simak petikan wawancaranya berikut ini

Donald Trump Bakal Kenakan Tarif Impor 104% ke China, Negosiasi Sulit Tercapai

Donald Trump Bakal Kenakan Tarif Impor 104% ke China, Negosiasi Sulit Tercapai

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Amerika Serikat memberikan sinyal bahwa tidak tercapai kesepakatan dengan China dalam negosiasi tarif impor. Alhasil, China berisiko terkena tarif Trump sebesar 104%.

Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghabiskan jam-jam terakhir untuk menyusun negosiasi dengan sejumlah negara, terutama sekutu-sekutu AS, sebelum tarif impor yang luas berlaku pada Rabu (9/4/2025) pukul 12.01 AM EDT (Eastern Daylight Time, waktu Amerika Utara) atau pukul 11.01 WIB.

SBY: Strategi RI Negosiasi Tarif Trump Sudah Tepat

SBY: Strategi RI Negosiasi Tarif Trump Sudah Tepat

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengapresiasi langkah pemerintah dalam merespons kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.

SBY menyatakan bahwa pemilihan langkah negosiasi sudah tepat dibandingkan dengan retaliasi atau tindakan pembalasan dalam merespons tarif Trump.

"Kebijakan dan langkah-langkah yang dijalankan oleh pemerintah menghadapi 32% tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump, saya nilai baik dan tepat. Lebih memilih negosiasi daripada retaliasi," ujar SBY di akun X @SBYudhoyono, Selasa (8/4/2025).

Pengusaha Minta Proteksi Pasar Dalam Negeri Diperkuat di Tengah Tekanan Tarif Trump

Pengusaha Minta Proteksi Pasar Dalam Negeri Diperkuat di Tengah Tekanan Tarif Trump

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah memproteksi pasar dalam negeri di tengah kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal 32% yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump untuk Indonesia.

AS menyampaikan alasan RI dikenakan tarif timbal balik 32% disebabkan peraturan yang rumit untuk impor barang. Pemerintah berencana melakukan relaksasi dan melonggarkan barang impor masuk ke Indonesia.

Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani menuturkan pemerintah harus tetap hati-hati, di samping menempuh jalur negosiasi guna mengurangi defisit perdagangan AS dengan Indonesia, juga harus memproteksi pasar dalam negeri. 

Ternyata AS Sudah Wanti-wanti RI Soal Balasan TKDN, Imbas Polemik Apple?

Ternyata AS Sudah Wanti-wanti RI Soal Balasan TKDN, Imbas Polemik Apple?

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat sebelumnya sempat memberikan kritik pedas terhadap kebijakan tingkat komponen dalam negeri atau TKDN yang diterapkan Indonesia. Aturan TKDN untuk produk impor merupakan hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM). 

Kritik tersebut dilontarkan oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada 13 Februari 2025 lalu lewat siaran TV Foxx News. Dalam sesi interview tersebut, Bessent blak-blakan tak segan untuk memberikan ‘balasan’ atas kebijakan suatu negara yang dinilai menghambat penjualan produk AS di negara tersebut. 

Seribu Satu Cara RI Mau Tekan Surplus Perdagangan dengan AS

Seribu Satu Cara RI Mau Tekan Surplus Perdagangan dengan AS

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap rencana pembelian sejumlah komoditas seperti biji kedelai dan gandum dari Amerika Serikat (AS) guna menekan surplus perdagangan antara kedua negara.

Airlangga menjelaskan, dengan pengenaan tarif 32% oleh Presiden AS Donald Trump pemerintah Indonesia telah merencanakan pembelian sejumlah komoditas. Pembelian komoditas akan dilakukan mulai dari produk pertanian hingga sektor minyak dan gas.

"Presiden telah menyetujui pembelian produk pertanian dari AS seperti biji kedelai dan gandum—yang tidak diproduksi di dalam negeri—untuk menjaga keseimbangan neraca dagang. Pemerintah juga akan membeli LPG dan LNG dari AS melalui relokasi, bukan penambahan volume, sehingga tidak membebani APBN," jelas Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Airlangga Pastikan Produk Furnitur RI Tak Kena Tarif Trump 32%

Airlangga Pastikan Produk Furnitur RI Tak Kena Tarif Trump 32%

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, furnitur tak akan terkena tarif impor timbal balik atau resiprokal sebesar 32% dari Amerika Serikat (AS).Dengan kata lain, ekspor furnitur ke Negeri Paman Sam tidak akan dikenakan tarif resiprokal. Airlangga mengatakan, furnitur masuk pengecualian dari kebijakan Presiden AS Donald Trump lantaran AS masih membutuhkan pasar alternatif untuk pasokan komoditas tersebut.

"Furnitur tidak dikenakan tarif tinggi karena timber [kayu] AS sedang perang dengan Kanada sehingga butuh sumber alternatif," kata Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi 2025 di Jakarta, Selasa (8/3/2025).

Respons Kebijakan Resiprokal AS: China - Eropa Melawan, India - RI Negosiasi

Respons Kebijakan Resiprokal AS: China - Eropa Melawan, India - RI Negosiasi

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA —  Puluhan negara memberi respons beragam atas kebijakan tarif timbal balik atau resiprokal dari Amerika Serikat (AS). China dan Eropa menerapkan Retaliasi atau memberikan tarif balasan atas kebijakan Resiprokal Amerika Serikat (AS). Sementara Indonesia hingga India memilih jalur negosiasi.

Dalam pemaparan pada acara Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4/2025) Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan China merespon dengan menetapkan tarif balasan (Retaliasi) sebesar 34% atas semua barang dari Amerika Serikat (AS), yang mulai berlaku pada 10 April 2025.

Airlangga: RI Berpeluang Rebut Pasar Tekstil dan Alas Kaki Vietnam  China di AS

Airlangga: RI Berpeluang Rebut Pasar Tekstil dan Alas Kaki Vietnam China di AS

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah melihat peluang Indonesia untuk merebut pangsa pasar tekstil dan alas kaki di Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya dikuasai Vietnam dan China. 

Optimisme tersebut lantaran tarif resiprokal impor ke AS yang dikenakan atas barang asal Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan kedua negara tersebut. Indonesia dikenakan tarif respirokal sebesar 32%, sedangkan Vietnam 46% dan China 34%. 

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia masih dapat bernegosiasi untuk menekan tarif ekspor ke AS khususnya produk pakaian dan alas kaki. 

Sederet Respons Global usai Dikenakan Tarif Trump, dari Retaliasi hingga Negosiasi

Sederet Respons Global usai Dikenakan Tarif Trump, dari Retaliasi hingga Negosiasi

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sejumlah respons negara-negara yang dikenakan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump.

Dalam Sarasehan Ekonomi Presiden Prabowo Subianto yang dilaksanakan pada Selasa (8/4/2025), Airlangga menyebutkan China memilih menetapkan tarif balasan atau retaliasi sebesar 34% atas semua barang dari AS mulai 10 April 2025 dan menetapkan control ekspor atas logam tanah jarang.

"Vietnam meminta penundaan penerapan tarif dan mengusulkan negosiasi dengan AS, terutama untuk Nike dan AS belum menerima usulan ini," ujarnya.

Rayu Trump, Prabowo Minta Impor Lebih Banyak LPG  LNG dari AS

Rayu Trump, Prabowo Minta Impor Lebih Banyak LPG LNG dari AS

(2 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bakal meningkatkan impor liquefied petroleum gas (LPG) dan liquefied natural gas (LNG) dari Amerika Serikat (AS).

Hal itu sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto sebagai respons penerapan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% dari Presiden AS Donald Trump kepada RI.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, Presiden Prabowo memastikan untuk memilih pendekatan negosiasi dibanding dengan tindakan pembalasan untuk menghadapi kebijakan tarif terbaru AS.