Brms

Emiten Tambang Grup Bakrie (BRMS) Ungkap Harta Karun Emas di Palu

Emiten Tambang Grup Bakrie (BRMS) Ungkap Harta Karun Emas di Palu

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan emas Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) memastikan cadangan mineral dengan kandungan emas yang tinggi dari prospek tambang bawah tanahnya di Palu berdasarkan standar Joint Ore Reserves Committee atau JORC.

Cadangan mineral, menurut laporan AMC Consultant dari Perth, Australia, menunjukkan rata-rata kadar emas sebesar 3,2 g/t dengan total kandungan emas sebesar 3,54 juta oz.

Mayoritas (85%) dari kandungan emas itu berasal dari prospek penambangan bawah tanah dengan kadar emas sebesar 4,9 g/t di lokasi tambang River Reef, Pobaya, Palu.

Emiten Bakrie BRMS Incar Kredit US$300 Juta Buat Garap Tambang Emas Bawah Tanah

Emiten Bakrie BRMS Incar Kredit US$300 Juta Buat Garap Tambang Emas Bawah Tanah

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan emas Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) menargetkan fasilitas pinjaman sebesar US$200 juta sampai dengan US$300 juta untuk memulai proyek tambang bawah tanah di Palu pada awal tahun 2025. 

Sebagian kecil fasilitas pinjaman perbankan itu, sekitar US$50 juta sampai dengan US$100 juta juga bakal diarahkan untuk kegiatan penambangan dan eskplorasi di Gorontalo Minerals.

Saat diminta konfirmasi ihwal besaran fasilitas pinjaman itu, Presiden Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Agoes Projosasmito tidak banyak berkomentar. 

BUMI Proyeksi Harga Batu Bara Turun 2025, Andalkan Diversifikasi BRMS  DEWA

BUMI Proyeksi Harga Batu Bara Turun 2025, Andalkan Diversifikasi BRMS DEWA

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) memperkirakan harga batu bara dapat turun hingga 12% pada tahun 2025. BUMI menyiapkan strategi untuk menghadapi penurunan harga ini, salah satunya dengan mengandalkan diversifikasi melalui BRMS dan DEWA.

Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava menjelaskan BUMI melihat industri batu bara pada 2025 cukup stabil, tetapi akan cukup menantang.

"Permintaan batu bara global diproyeksikan turun sekitar 0,3%, yang dipengaruhi oleh meningkatnya adopsi energi terbarukan, khususnya di China yang mungkin dapat menurunkan permintaan batu bara sejak 2016," kata Srivastava kepada Bisnis, Kamis (5/12/2024).