Donald Trump

Warga AS di Israel Berharap Trump Terpilih Lagi Jadi Presiden

Warga AS di Israel Berharap Trump Terpilih Lagi Jadi Presiden

()

TEL AVIV, KOMPAS.com - Warga negara Amerika Serikat (AS) yang tinggal di Israel berharap Donald Trump bisa terpilih kembali menjadi Presiden AS pada Pemilu AS 2024.

Menurut jajak pendapat terkini yang dilakukan Channel 12 News Israel, mayoritas warga Israel memimpikan kembalinya Trump di Gedung Putih.

Diketahui, Trump memprioritaskan Israel selama masa jabatan sebelumnya, memindahkan kedutaan besar Amerika ke Yerusalem, dan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki.

Serta membantu menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab di bawah Perjanjian Abraham.

Trump Janji Naikkan Tarif Jika Menang Pilpres, Goldman Sachs Ungkap Dampaknya ke China

Trump Janji Naikkan Tarif Jika Menang Pilpres, Goldman Sachs Ungkap Dampaknya ke China

()

Bisnis.com, JAKARTA - Tarif impor AS yang lebih tinggi terhadap barang-barang China dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Di sisi lain, hal ini juga berpotensi memaksa China untuk fokus ke konsumen dalam negeri. 

Tim Analis Goldman Sachs Inc. yang dipimpin oleh Xinquan Chen dalam laporan yang dikutip Jumat (1/11/2024) menyebut, jika terjadi tarif yang lebih tinggi, Beijing akan terpaksa meningkatkan dukungan fiskal untuk lebih meningkatkan permintaan domestik. 

Chen mengatakan, gelombang stimulus pemerintah tahun ini – yang mencakup program tukar tambah peralatan rumah tangga dan dukungan real estate – sudah siap untuk menggeser pertumbuhan tahun depan ke arah yang sama.

Uni Eropa Berharap Kamala Harris Jadi Presiden AS

Uni Eropa Berharap Kamala Harris Jadi Presiden AS

()

Jika orang Eropa memilih presiden AS pada pemilu 5 November, hasilnya akan sangat jelas. Di Eropa Barat, 69% akan memilih kandidat Demokrat Kamala Harris, di Eropa Timur 46%. Kandidat Partai Republik Donald Trump hanya menerima dukungan dari 16% pemilih di Eropa Barat, dan 36% di Eropa Timur, menurut survei Pollsters Novus dan Gallup International yang dilakukan pada bulan Oktober.

Kamala Harris memiliki peringkat tertinggi di Denmark (85%) dan Finlandia (82%) sementara Donald Trump memiliki penggemar terbanyak di Serbia (59%) dan Hungaria (49%), dua negara yang belakangan cenderung makin otokratis.

Heboh, Biden Sebut Pendukung Trump Sampah

Heboh, Biden Sebut Pendukung Trump Sampah

()

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menuai kecaman karena menyebut para pendukung mantan Presiden Donald Trump, calon presiden (capres) Partai Republik, sebagai "sampah". Komentar itu disampaikan Biden saat berkampanye untuk Wakil Presiden Kamala Harris. capres Partai Demokrat, yang jadi rival utama Trump.

Komentar Biden yang dikecam itu terlontar saat dia berbicara via panggilan video dengan organisasi nonprofit VotoLatino. Dia awalnya membahas kontroversi yang muncul usai salah satu pembicara dalam kampanye Trump di New York, pada Minggu (27/10), menyebut Puerto Rico sebagai "pulau sampah mengambang".

Antisipasi Trump Menang Pilpres AS, China Pertimbangkan Tarik Utang Tambahan

Antisipasi Trump Menang Pilpres AS, China Pertimbangkan Tarik Utang Tambahan

()

Bisnis.com, JAKARTA - China dikabarkan tengah mempertimbangkan penerbitan utang tambahan senilai lebih dari 10 triliun yuan atau US$1,4 triliun pada minggu depan dalam beberapa tahun ke depan untuk menghidupkan kembali perekonomiannya yang rapuh.

Berdasarkan sumber yang dikutip Reuters pada Selasa (29/10/2024), paket fiskal tersebut diperkirakan akan ditambah jika Donald Trump memenangkan pemilu AS. 

Badan legislatif tertinggi China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), sedang berupaya untuk menyetujui paket fiskal baru, termasuk 6 triliun yuan yang sebagian akan dikumpulkan melalui obligasi negara khusus, pada hari terakhir pertemuan yang akan diadakan dari 4-8 November, kata sumber tersebut.

Jelang Pilpres AS, Trump Tegaskan: Saya Bukan Nazi!

Jelang Pilpres AS, Trump Tegaskan: Saya Bukan Nazi!

()

Calon presiden (capres) dari partai Republik Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia "bukan seorang Nazi." Hal ini disampaikan mantan presiden AS itu dalam kampanye di minggu terakhir menjelang pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada November mendatang, di mana ia akan bertarung melawan Wakil Presiden AS yang menjadi capres partai Demokrat, Kamala Harris.

"Kalimat terbaru dari Kamala dan kampanyenya adalah bahwa setiap orang yang tidak memilihnya adalah seorang Nazi," kata Trump dalam kampanye di Atlanta pada Senin (28/10) waktu setempat.

Pertumbuhan Ekonomi Global Berisiko Melambat Jika Trump Menang Pilpres AS, Ini Penyebabnya

Pertumbuhan Ekonomi Global Berisiko Melambat Jika Trump Menang Pilpres AS, Ini Penyebabnya

()

Bisnis.com, JAKARTA - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 5 November mendatang belum tentu akan menjadi nilai tambah bagi perekonomian dan pasar keuangan global.

Chief Investment Officer perusahaan investasi milik negara Singapura, Temasek International, Rohit Sipahimalani menyebut pemerintahan Trump akan memperlambat pertumbuhan global yang pada akhirnya akan berdampak pada perusahaan-perusahaan AS. 

“Saya tahu kebijaksanaan dan konsensus konvensional adalah bahwa saat ini kepresidenan Trump lebih baik bagi pasar,” kata Sipahimalani dikutip dari Bloomberg dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, Selasa (29/10/2024).

Seberapa Mahal Biaya Kampanye Pilpres AS?

Seberapa Mahal Biaya Kampanye Pilpres AS?

()

Menjadi presiden Amerika Serikat membutuhkan banyak uang. Untuk mengisi kas kampanye, para kandidat memiliki sejumlah pilihan, yakni dengan uang sendiri atau dengan mengumpulkan donasi politik.

Sumber dana lainnya berasal dari kelompok-kelompok komite aksi politik atau Political Action Committees, yang lebih dikenal sebagai PAC atau super PAC.

Pilihan terakhir adalah mendapatkan dana bantuan dari pemerintah. Namun, hal ini disertai dengan pembatasan pengeluaran yang ketat, sehingga cenderung dihindari para capres sejak beberapa pemilihan terakhir.

Warga Iran Ingin Trump Menang Pilpres AS, Kenapa?

Warga Iran Ingin Trump Menang Pilpres AS, Kenapa?

()

Di tengah bayang-bayang konflik antara Iran dan Israel, banyak orang Iran dengan cemas menanti hasil pemilu presiden Amerika Serikat.

Dalam percakapan rahasia maupun terbuka, seperti yang dilaporkan CNN dari Teheran dua minggu lalu, banyak warga Iran menyatakan lebih memilih kandidat dari Partai Republik dan mantan Presiden Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Mereka yang diwawancarai mengatakan melihatnya sebagai pemimpin kuat yang dapat mengatasi masalah. Di sisi lain, kemenangan kandidat Demokrat dan Wakil Presiden saat ini, Kamala Harris, menurut mereka akan melanjutkan status quo politik AS.

Pasar Pantau Potensi Hasil Pilpres AS, Bitcoin Kembali Tembus Level US$70.000

Pasar Pantau Potensi Hasil Pilpres AS, Bitcoin Kembali Tembus Level US$70.000

()

Bisnis.com, JAKARTA — Harga aset kripto Bitcoin naik melampaui US$70,000 untuk pertama kalinya sejak Juni 2024, seiring dengan aliran dana yang masuk ke exchange traded funds atau ETF aset tersebut yang diperdagangkan di bursa serta spekulasi tentang potensi hasil pemilu AS minggu depan.

Mengutip Bloomberg pada Selasa (29/10/2024), aset digital terbesar ini naik sekitar 1% ke US$70.050  sebelum memangkas kenaikannya dan diperdagangkan pada US$69.840. Sementara itu, token yang lebih kecil termasuk Ether peringkat kedua juga membukukan keuntungan kecil.

Kampanye Trump: Kamala, Anda Telah Menghancurkan Negara Kita!

Kampanye Trump: Kamala, Anda Telah Menghancurkan Negara Kita!

()

Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, menyerang Wakil Presiden Kamala Harris dalam sebuah kampanye di Madison Square Garden, New York City, pada hari Minggu (27/10) malam.

"Anda telah menghancurkan negara kita. Kami tidak akan menerimanya lagi, Kamala, Anda dipecat. Keluar. Keluar. Anda dipecat," kata Trump kepada kerumunan massa. Ia juga menyebut Harris sebagai "individu dengan IQ yang sangat rendah."

"Pemilu ini adalah pilihan antara apakah kita akan mengalami empat tahun lagi dengan ketidakmampuan dan kegagalan yang parah, atau apakah kita akan memulai tahun-tahun terhebat dalam sejarah negara kita," katanya.

Sepekan Jelang Pilpres AS, Dunia Mulai Waspadai Potensi Dampak Kemenangan Trump

Sepekan Jelang Pilpres AS, Dunia Mulai Waspadai Potensi Dampak Kemenangan Trump

()

Bisnis.com, JAKARTA — Potensi kembali terpilihnya Donald Trump dalam Pemilu AS pada 5 November mendatang dan dampaknya terhadap pasar menjadi perhatian lembaga seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Potensi kemenangan Trump tersebut mencuat di tengah isu-isu lain pertumbuhan ekonomi yang rendah, tingginya utang, serta eskalasi perang.

Mengutip Reuters pada Senin (28/10/2024), kemenangan Trump dalam jajak pendapat baru-baru ini yang mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, menjadi bagian dari hampir setiap perbincangan di kalangan pejabat keuangan, gubernur bank sentral, dan kelompok masyarakat sipil yang menghadiri Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank di Washington, AS pekan lalu.

Dunia Hari Ini: Trump Ancam Hukum Mati Imigran yang Bunuh Warga AS

Dunia Hari Ini: Trump Ancam Hukum Mati Imigran yang Bunuh Warga AS

()

Anda sedang membaca Dunia Hari Ini edisi Senin, 28 Oktober 2024.

Sejumlah berita utama yang terjadi dalam 24 jam terakhir sudah kami rangkum untuk Anda.

Dalam kampanye pilpres di New York, Donald Trump menyinggung masalah imigran yang tidak berdokumen di Amerika Serikat, dan mengatakan Kamala Harris akan "mengimpor migran kriminal" ke negaranya.

Menurut Trump tingkat imigrasi ilegal meningkat "seperti roket Elon Musk" di bawah pemerintahan Biden-Harris.

"Jika mereka [imigran yang dideportasi] kembali ke negara kita, mereka otomatis akan dijebloskan ke penjara selama 10 tahun tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat," katanya, setelah memutar video yang menunjukkan tindakan kriminal yang diduga dilakukan imigran.

H-8 Pilpres AS, Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Versi Survei

H-8 Pilpres AS, Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Versi Survei

()

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) akan digelar pada 5 November atau 8 hari lagi. Berdasarkan hasil survei popular vote, capres Demokrat Kamala Harris unggul tipis dari capres Republik Donald Trump.

Dilansir BBC, CNN dan Al-Jazeera, Senin (28/10/2024), Harris masih unggul dari Trump untuk urusan popular vote atau suara dukungan dari pemilih secara nasional. Namun, popular vote bukan penentu dalam Pilpres AS.

Pemenang Pilpres AS ditentukan lewat electoral college yang merupakan suara dari masing-masing negara bagian. Terdapat 538 suara electoral college yang tersebar di 50 negara bagian AS. Capres AS harus mendapat minimal 270 suara electoral college untuk menang Pilpres.