Farmasi

4 Siasat Kalbe Farma (KLBF) Mitigasi Dampak Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

4 Siasat Kalbe Farma (KLBF) Mitigasi Dampak Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

()

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) menyatakan bahwa pelemahan nilai rupiah berdampak terhadap biaya importasi bahan baku perusahaan. Untuk itu, KLBF mengeksplorasi peluang substitusi bahan baku lokal hingga mengoptimalkan strategi rantai pasok. 

Corporate External Communication Kalbe Farma Hari Nugroho mengatakan saat rupiah melemah, harga bahan baku perseroan berisiko meningkat. Alasannya, mayoritas bahan baku KLBF masih berasal dari impor.

"Kurs rupiah berpengaruh ke harga bahan baku karena importasi setelah persediaan bahan baku habis dipakai [biasanya 3-4 bulan]," katanya saat kepada Bisnis, Selasa (17/12/2024).

Kemenperin Blak-blakan Alasan Industri Belum Mampu Serap Penuh Garam Lokal

Kemenperin Blak-blakan Alasan Industri Belum Mampu Serap Penuh Garam Lokal

()

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap alasan industri pengguna garam, khususnya chlor alkali plant (CAP) dan farmasi yang belum dapat sepenuhnya menggunakan garam produksi lokal. Sementara itu, pemerintah telah mencanangkan pemangkasan kuota impor garam industri tahun depan. 

Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Reni Yanita mengatakan, pasokan garam industri dalam negeri belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan industri dari segi kuantitas maupun kualitas. 

"Sebenarnya industri tanpa dipaksa juga ingin dapat bahan baku dari dalam negeri tapi kondisinya tidak memungkinkan," ujar Reni dalam Outlook Industri Sektor Kimia, Farmasi, Tekstil (IKFT) Tahun 2025, Selasa (17/12/2024). 

Industri Tekstil dan Farmasi Dihantui Impor China Imbas Kebijakan Trump

Industri Tekstil dan Farmasi Dihantui Impor China Imbas Kebijakan Trump

()

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom mewanti-wanti dampak dari kebijakan perdagangan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mempengaruhi industri manufaktur tekstil dan farmasi. 

Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal mengatakan kebijakan pembatasan perdagangan yang dilakukan Trump terhadap China sejatinya untuk mendorong industri domestik AS, kendati dampaknya akan dirasakan secara global, termasuk Indonesia. 

"Khusus ke tekstil yang perlu kita perhatikan juga adalah dampak dari kebijakan Trump itu bukan hanya hambatan ekspor, tapi ketika China dijadikan sasaran utama untuk tidak boleh masuk, maka dia akan mencari pasar alternatif, apalagi kondisi sekarang sudah oversupply," kata Faisal dalam Outlook Sektor Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Tahun 2025, Selasa (17/12/2024). 

Kemenperin Target Industri Kimia, Farmasi,  Tekstil Tumbuh 6,5% Tahun Depan

Kemenperin Target Industri Kimia, Farmasi, Tekstil Tumbuh 6,5% Tahun Depan

()

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) dapat tumbuh 6,59% pada 2025, seiring dengan target pertumbuhan ekonomi nasional 8% dalam 5 tahun ke depan. 

Berdasarkan data Kemenperin, rata-rata pertumbuhan sektor IKFT pada 2018-2024 tumbuh dikisaran 2,5% dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 6,1% pada 2019. Dari sisi kontribusi sektor IKFT terjadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 2,8% dalam 2 tahun terakhir. 

Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin Reni Yanita mengatakan, pihaknya membidik kontribusi sektor IKFT dapat mencapai 3,62% pada 2025. Dia optimistis dengan target tersebut yang ditopang sejumlah sektor. 

Mau Delisting, Organon Pharma (SCPI) Cetak Pendapatan Rp3,09 Triliun per Oktober 2024

Mau Delisting, Organon Pharma (SCPI) Cetak Pendapatan Rp3,09 Triliun per Oktober 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi, PT Organon Pharma Indonesia Tbk. (SCPI) mencetak pendapatan bersih sebesar Rp3,09 triliun hingga Oktober 2024.

Direktur Organon Pharma Indonesia Alison Yeap menjelaskan bahwa pendapatan bersih SCPI tersebut naik 12% secara year to date (YtD) atau sepanjang 2024 hingga Oktober tahun ini, apabila dibandingkan dengan Rp2,74 triliun pada Desember 2023.

Apabila diperinci, pendapatan SCPI hingga Oktober tahun ini ditopang oleh manufaktur sebesar Rp2,39 triliun dan komersial sebesar Rp696 miliar.

Organon Pharma SCPI Ekspor Obat dan Produk Kesehatan ke Asia Pasifik

Organon Pharma SCPI Ekspor Obat dan Produk Kesehatan ke Asia Pasifik

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten yang bergerak di bidang kesehatan PT Organon Pharma Indonesia Tbk. (SCPI) akan melakukan ekspansi ekspor produk kesehatan dan obat-obatan ke kawasan Asia Pasifik

Direktur PT Organon Pharma Indonesia Tbk. (SCPI) Andri Soelastyo mengatakan bahwa perusahaan melakukan ekspansi obat dan produk kesehatan yang diproduksi dari pabrik di Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur ke luar negeri terutama kawasan Asia Pasifik.

"Dengan ekspansi kapasitas yang ada di [pabrik] Pandaan, maka akan memperluas juga ekspansi kita terhadap suplai obat kita ke luar negeri," katanya dalam Public Expose di Jakarta, Senin (16/12/2024).

RUPSLB Indofarma INAF Sepakat Jual Lebih dari Separo Aset Ekuitas

RUPSLB Indofarma INAF Sepakat Jual Lebih dari Separo Aset Ekuitas

()

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Indofarma Tbk. (INAF) mendapat restu untuk menjual lebih dari separo aset kekayaan bersih perseroan lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Kamis (12/12/2024).

Corporate Secretary Indofarma Hilda Yani mengatakan bahwa RUPSLB menyetujui rencana penjualan aset lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan.

"Menyetujui pengalihan aset perseroan melalui penjualan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih perseroan, dalam bentuk penjualan aset perseroan berupa tanah dan bangunan yang merupakan aset non-jaminan dan aset jaminan non-produksi," katanya dalam Public Expose di PT Indofarma Tbk, Jumat (13/12/2024).

Distributor Antangin (SDPC) Yakin Tumbuh 15% Hingga Akhir 2024

Distributor Antangin (SDPC) Yakin Tumbuh 15% Hingga Akhir 2024

()

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten distributor farmasi, PT Millennium Pharmacon International Tbk. menargetkan pertumbuhan penjualan 15% hingga akhir tahun. Perseroan juga menambah sejumlah cabang baru.

Emiten berkode SDPC ini mencatat pertumbuhan tahunan rata-rata atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) penjualan yang konsisten 10,4% sejak 2015. Adapun, penjualan SDPC tercatat Rp2,92 triliun per kuartal III/2024 tumbuh 20% secara tahunan (Year-on-year/YoY). Dengan EBITDA Rp97,1 miliar dan laba setelah pajak sebesar Rp20 miliar.

Dari segi aset, total aset yang dimiliki sebesar Rp1,78 triliun per kuartal III/2024 tumbuh dari akhir tahun 2023 sebesar Rp1,63 triliun. Sedangkan, posisi liabilitas meningkat menjadi Rp1,48 triliun dari posisi 2023 sebesar Rp1,36 triliun.