Perang Dagang

Prabowo Ogah Berpihak Dalam Perang Dagang AS vs China

Prabowo Ogah Berpihak Dalam Perang Dagang AS vs China

(1 bulan yang lalu)

HONG KONG, KOMPAS.com - Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan, posisi Indonesia tetap netral dalam menyikapi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Prabowo berharap AS dan China akan mencapai kesepakatan terkait perang dagang yang sedang berlangsung saat ini.

"Saya berharap pada akhirnya, mereka akan mencapai kesepakatan, saya harap," ujar Prabowo di Turkiye, Jumat (11/4/2025).

 

"Tidak, tidak. Kami menghormati semua negara," sambung dia.

Prabowo mengatakan, Indonesia ingin menjadi jembatan bagi AS dan China.

Trump Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Negara

Trump Pertimbangkan Pengecualian Tarif untuk Sejumlah Negara

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkapkan pihaknya dapat menawarkan beberapa pengecualian terkait pengenaan tarif impor baru kepada para mitra dagang AS.Pekan ini, Trump telah mengumumkan tarif minimum 10% dan tarif resiprokal yang lebih tinggi ke sejumlah negara. Meski akan ada beberapa pengecualian, Trump menekankan bahwa tarif minimum 10% tetap berlaku."Mungkin ada beberapa pengecualian karena alasan yang jelas, tetapi saya akan mengatakan 10% adalah batas bawah," kata Trump dikutip dari Bloomberg, Sabtu (12/4/2025).Namun, dia tak memerinci alasan dan syarat pengecualian yang dimaksud.

Wall Street Menguat Akhir Pekan Tersengat Komentar The Fed yang Tenangkan Pasar

Wall Street Menguat Akhir Pekan Tersengat Komentar The Fed yang Tenangkan Pasar

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham di Wall Street, New York menutup ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan, Jumat (11/4/2025), setelah sempat melalui minggu yang penuh gejolak akibat kekacauan perang dagang multi-front Presiden AS Donald Trump.

Mengutip Reuters, Sabtu (12/4/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 1,56% atau 619,05 poin ke 40.212,71, indeks S&P 500 juga menguat 1,81% atau 95,31 poin ke 5.363,36, dan Nasdaq melejit 2,06% atau 337,15 poin ke 16.724,46.

Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

Kronologi Perang Tarif Trump vs China dari 10% hingga Kini 145%

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Tensi perang tarif impor antara China dan Amerika Serikat (AS) semakin panas menyusul langkah China yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang dari AS menjadi 125%.

Tarif balasan tersebut merupakan respons Negeri Tirai Bambu setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145%.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (11/4/2025) Kementerian Keuangan China menjelaskan bahwa negaranya akan mengabaikan tarif lebih lanjut dari AS terhadap produk-produk China.

Perang Tarif Trump Vs China, Apa Untung-Ruginya Buat AS?

Perang Tarif Trump Vs China, Apa Untung-Ruginya Buat AS?

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus meningkatkan perang dagangnya melawan China di tengah keputusan untuk menunda pengenaan tarif timbal balik kepada puluhan negara.

Teranyar, Trump resmi menaikkan tarifnya untuk China menjadi sebesar 145% dari sebelumnya 104%. Keputusan Trump muncul setelah Beijing mengumumkan rencana untuk membalas dengan mengenakan bea masuk sebesar 84% atas barang-barang Amerika.

Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan ketegangan tersebut "menimbulkan risiko signifikan berupa kontraksi tajam dalam perdagangan bilateral" antara AS dan China.

OJK Catat Konsumen Aset Kripto RI Bertumbuh di Tengah Gejolak Perang Dagang

OJK Catat Konsumen Aset Kripto RI Bertumbuh di Tengah Gejolak Perang Dagang

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat konsumen aset kripto di Indonesia terus bertumbuh. Adapun, pasar kripto saat ini tengah dipengaruhi oleh sentimen perang dagang, dipicu kebijakan tarif impor AS.

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi mengatakan hingga akhir Februari 2025, jumlah konsumen aset kripto di seluruh pedagang mencapai 13,31 juta konsumen. "Ada kenaikan signifikan dibanding Januari 2025 sebesar 12,92 juta," ujarnya dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada Jumat (11/4/2025).

OJK Dorong Dapen  Asuransi BUMN Masuk Pasar Saham saat IHSG Tertekan Tarif Trump

OJK Dorong Dapen Asuransi BUMN Masuk Pasar Saham saat IHSG Tertekan Tarif Trump

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyiapkan langkah-langkah antisipasi seiring dengan kekhawatiran jatuhnya pasar saham Indonesia yang tertekan sentimen tarif impor AS. Salah satu langkah adalah mendorong masuknya investor institusional, seperti dana pensiun (Dapen) hingga perusahaan asuransi BUMN ke pasar saham.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pembukaan perdagangan kembali setelah libur Lebaran, pasar saham Indonesia bergerak fluktuatif. IHSG ditutup jeblok 7,9% menuju posisi 5.996,1 pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025).

Harga Emas Tembus Rekor Baru, Saham ANTM, BRMS Cs Kompak Melonjak

Harga Emas Tembus Rekor Baru, Saham ANTM, BRMS Cs Kompak Melonjak

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dunia mencatatkan rekor baru tersulut oleh semakin panasnya perang dagang. Harga saham deretan emiten terkait tambang dan perdagangan emas seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) serta PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) pun dibuka melonjak.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (11/4/2025), harga emas di pasar spot terpantau menguat 1,04% ke level US$3.209,22 per troy ounce pada pukul 8.30 WIB.

Sementara itu, harga emas berjangka Comex AS menguat 1,58% ke US$3.227,80 per troy ounce. Penguatan ini memperpanjang reli emas yang telah menanjak lebih dari 3% selama dua hari berturut-turut.

Gedung Putih Tegaskan Tarif Trump ke China Minimal 145%, Bukan 125%

Gedung Putih Tegaskan Tarif Trump ke China Minimal 145%, Bukan 125%

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA – Gedung Putih memberikan keterangan bahwa tarif impor AS atas barang-barang dari China dikenai tarif minimum 145%,  bukan 125% seperti yang diumumkan sebelumnya.

Melansir New York Times, Jumat (11/4/2025), sehari sebelumnya, Presiden Donald Trump menyampaikan bahwa tarif terhadap China akan naik menjadi 125% sebagai respons atas langkah balasan dari China.

Namun pada Kamis, Gedung Putih merinci bahwa angka 125% tersebut ditambahkan di atas tarif 20% yang sebelumnya sudah diterapkan terhadap barang-barang asal China, sebagai sanksi atas dugaan keterlibatan negara itu dalam rantai pasok fentanyl ke AS.

Rupiah Akhir Pekan Dibuka Perkasa ke Level Rp16.785,5 per Dolar AS

Rupiah Akhir Pekan Dibuka Perkasa ke Level Rp16.785,5 per Dolar AS

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat (11/4/2025) ke level Rp16.785,5 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS telah melorot.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,22% atau 37,5 poin ke level Rp16.785,5 pada pukul 09.10 WIB. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,69% ke level 100,17.

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,65%, dolar Taiwan menguat 0,15%, peso Filipina menguat 0,27%, won Korea Selatan menguat 0,16%, ringgit Malaysia menguat 0,69%, serta yuan China menguat 0,01%.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Jumat 11 April 2025

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Jumat 11 April 2025

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi fluktuatif namun akan ditutup menguat di rentang  Rp16.750–Rp16.830 pada perdagangan akhir pekan hari ini, Jumat (11/4/2025), usai parkir di zona hijau kemarin.

Pada penutupan perdagangan Kamis (10/4), rupiah menguat 0,29% atau 49,5 poin ke level Rp16.823 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau melemah 0,46% ke posisi 102,42.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas menguat. Yen Jepang menguat sebesar 1% bersama won Korea sebesar 0,61%. Adapun, yuan China dan ringgit Malaysia ditutup perkasa dengan persentase masing-masing 0,03% dan 0,62%.

Pengusaha Berharap Tarif Baru Royalti Minerba Ditunda di Tengah Perang Dagang

Pengusaha Berharap Tarif Baru Royalti Minerba Ditunda di Tengah Perang Dagang

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pertambangan Indonesia (Indonesian Mining Association/IMA) berharap pemerintah tak memberlakukan penyesuaian tarif royalti mineral dan batu bara (minerba) pada April 2025. Adapun, penyesuaian tarif royalti minerba akan menyasar batu bara, nikel, tembaga, emas, perak, dan logam timah. Besaran kenaikannya diperkirakan berada dalam kisaran 1% hingga 3% dan akan bersifat fluktuatif, menyesuaikan dengan harga komoditas di pasar.Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia mengatakan, pihaknya berharap pemerintah mau diajak berunding ulang terkait pengenaan tarif royalti baru. Terlebih, saat ini dunia tengah menghadapi potensi perang dagang imbas kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS)."Sebagai mitra pemerintah, tentu anggota IMA akan mematuhi. Namun, kami mengharapkan bisa dibahas lagi mengingat situasi perang dagang," tutur Hendra kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).Hendra pun mengaku sampai saat ini pihaknya belum menerima draf final dari penyesuaian tarif royalti minerba. Menurutnya, dalam kondisi perang dagang industri minerba seharusnya mendapat dukungan pemerintah alih-alih terbebani tarif royalti.

Musim Dividen jadi Pemanis Kerek Laju Rebound IHSG

Musim Dividen jadi Pemanis Kerek Laju Rebound IHSG

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa emiten terpantau sudah menjadwalkan tanggal cum date dividen dalam waktu dekat. Musim pembagian dividen ini diproyeksi bisa menjadi pemanis di tengah volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Analis dan VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan pembagian dividen bisa menjadi pemanis di tengah volatilitas pasar yang meningkat saat ini, seiring dengan sentimen tarif AS. 

"Meski demikian, secara historis memang setelah ex-date biasanya terjadi koreksi, terlebih dengan dividen yield yang tinggi atau lebih dari 5%," ujarnya, Kamis (10/4/2025).

Prospek Cuan  Boncos Sektor Saham IHSG di Tengah Perang Dagang

Prospek Cuan Boncos Sektor Saham IHSG di Tengah Perang Dagang

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA – Fundamental ekonomi yang kuat diperkirakan dapat menjadi bantalan Indonesia dalam menghadapi perang dagang. Kendati demikian, ada sejumlah sektor seperti konsumer dan komoditas yang dinilai cukup rentan di tengah kondisi saat ini.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Erindra Krisnawan mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, Indonesia disebut relatif siap menghadapi perang dagang lantaran rendahnya ketergantungan ekonomi terhadap ekspor.

Adapun, kontribusi ekspor Indonesia tercatat mencapai sekitar 22% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

China Deflasi Dua Bulan Beruntun, Imbas Perang Dagang Lawan Trump

China Deflasi Dua Bulan Beruntun, Imbas Perang Dagang Lawan Trump

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - China mengalami deflasi selama dua bulan beruntun seiring dengan tensi perang dagang yang meningkat dengan AS memberikan tekanan lebih besar pada harga barang.

Data Biro Statistik Nasional (NBS), China mencatat indeks harga konsumen atau inflasi China turun 0,1% secara year on year (yoy) pada Maret 2025 dibandingkan dengan penurunan 0,7% pada bulan sebelumnya. Sementara itu, perkiraan median ekonom yang disurvei oleh Bloomberg adalah 0%.

Inflasi inti China, yang mengecualikan barang-barang yang mudah berubah seperti makanan dan energi, pulih menjadi 0,5% pada bulan Maret dari minus 0,1% pada bulan sebelumnya. Deflasi pabrik bertahan selama 30 bulan, dengan indeks harga produsen mencatat penurunan yang lebih cepat sebesar 2,5% dibandingkan dengan 2,2% pada bulan Februari.

Trump Naikkan Tarif Impor China jadi 125%, Tunda Tarif Negara Lain 90 Hari

Trump Naikkan Tarif Impor China jadi 125%, Tunda Tarif Negara Lain 90 Hari

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Perang dagang semakin memanas setelah Amerika Serikat mengenakan Tarif Trump 125% kepada China, naik dari sebelumnya yang sebesar 104%. Namun, Trump justru menunda pengenaan tarif bagi negara-negara lain selama 90 hari.

Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan keputusannya itu melalui media sosial Truth Social pada Rabu (9/4/2025) pukul 13.18 waktu AS. Perubahan sikap itu terjadi sekitar 13 jam setelah bea masuk tinggi terhadap 56 negara dan Uni Eropa mulai berlaku.

Soal Tarif Resiprokal AS 32 Persen untuk Indonesia, Bambang Pacul: Inilah Pertempuran Atas

Soal Tarif Resiprokal AS 32 Persen untuk Indonesia, Bambang Pacul: Inilah Pertempuran Atas

(1 bulan yang lalu)

SEMARANG, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) baru saja menerapkan tarif resiprokal sebesar 32 persen untuk Indonesia sebagai bagian dari kebijakan baru Presiden Donald Trump.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua MPR RI Bambang Wuryanto, yang akrab disapa ‘Pacul’, mengungkapkan bahwa perang dagang merupakan pertempuran di tingkat global.

Pernyataan tersebut disampaikan Pacul usai menghadiri Forum Senayan Peduli Jateng bersama puluhan anggota DPR RI asal Jawa Tengah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, pada Rabu (9/4/2025).

Emiten Big Caps BMRI, BBRI Cs Jadwalkan Cum Dividen Pekan Ini, Bakal Ungkit IHSG?

Emiten Big Caps BMRI, BBRI Cs Jadwalkan Cum Dividen Pekan Ini, Bakal Ungkit IHSG?

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten tercatat menjadwalkan tanggal cum date dividen pekan ini seperti dari bank berkapitalisasi pasar besar BBRI, BMRI, hingga emiten telekomunikasi EXCL. Pembagian dividen ini diperkirakan tidak serta merta akan memberikan tenaga bagi IHSG.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan meskipun dividen memberikan dorongan, tetapi apabila sentimen global dan dalam negeri tidak mendukung, hal ini hanya akan memberikan katalis sesaat.

Wall Street Melonjak Tajam Usai Trump Tunda Tarif Baru Impor Selama 90 Hari

Wall Street Melonjak Tajam Usai Trump Tunda Tarif Baru Impor Selama 90 Hari

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA —  Wall Street melonjak tajam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan jeda 90 hari atas tarif timbal balik (reciprocal tariff) yang baru saja diluncurkannya seminggu lalu. Keputusan dramatis tersebut membuat Bursa saham kompak menghijau setelah beberapa waktu terakhir berada dalam tekanan.

Mengutip Reuters, Kamis (10/4/2025) hingga pukul 01.10 WIB,  Indeks S&P 500 (.SPX) terpantau melonjak 346,20 poin atau 6,95% ke level 5.328,97 poin, sedangkan Nasdaq Composite (.IXIC) melejit 1.337,00 poin atau 8,76% ke level 16.604,92. Sementara Dow Jones Industrial Average (.DJI) menguat 2.197,52 poin atau 5,84% ke posisi 39.843,11.

Tok! Donald Trump Tunda Penerapan Tarif Baru Impor Selama 90 Hari

Tok! Donald Trump Tunda Penerapan Tarif Baru Impor Selama 90 Hari

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA —  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pada Kamis (10/4/2025) dini hari, bahwa skema tarif timbal balik (reciprocal tariff) yang lebih tinggi dihentikan sementara selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara.

Meski begitu, bea masuk atas impor dari China akan tetap dinaikkan menjadi 125% karena "kurangnya rasa hormat" dari pemerintah Beijing.

"Berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 Negara telah memanggil Perwakilan Amerika Serikat, termasuk Departemen Perdagangan, Keuangan, dan [Perwakilan Dagang AS], untuk merundingkan solusi atas pokok bahasan yang sedang dibahas terkait Perdagangan, Hambatan Perdagangan, Tarif, Manipulasi Mata Uang, dan Tarif Non Moneter, dan bahwa Negara-negara ini tidak, atas saran saya yang kuat, membalas dengan cara, bentuk, atau cara apa pun terhadap Amerika Serikat, saya telah mengesahkan Penghentian selama 90 hari, dan Tarif Timbal Balik yang diturunkan secara substansial selama periode ini, sebesar 10%, yang juga berlaku segera," tulis Trump di media sosial Truth dikutip dari New York Post, Kamis (10/4/2025).

Wall Street Kebakaran Imbas Kebijakan Tarif, Trump: Waktu yang Tepat untuk Beli

Wall Street Kebakaran Imbas Kebijakan Tarif, Trump: Waktu yang Tepat untuk Beli

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta kepada seluruh warganya untuk tetap tenang dan terus berinvestasi pada pasar saham saat kebijakan tarif timbal baliknya yang luas mulai resmi diberlakukan pada Rabu, (9/4/2025).

"Ini Waktu yang Tepat untuk Membeli," kata Trump dalam sebuah posting di situs media sosialnya sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Rabu (9/4/2025).

Trump juga mendorong para pengikutnya untuk "Tenang" dan menambahkan prediksinya bahwa "semuanya akan berjalan dengan baik."

Untung Rugi TKDN, Lebih Baik Dilonggarkan atau Rombak Total?

Untung Rugi TKDN, Lebih Baik Dilonggarkan atau Rombak Total?

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Polemik aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) memanas usai Amerika Serikat (AS) menyebutkan kebijakan tersebut sebagai pemicu pengenaan tarif resiprokal impor kepada produk Indonesia. Pemerintah RI pun berencana untuk merelaksasi aturan TKDN sebagai upaya negosiasi. 

Hal ini makin disoroti lantaran Presiden Prabowo Subianto memerintahkan untuk membuat kebijakan TKDN lebih fleksibel dan realistis. Menurut orang nomor satu di RI itu, jika TKDN dipaksakan, justru akan memicu penurunan daya saing industri.

Bahlil Sebut Kebijakan Tarif Trump Dinamika Biasa: Jangan Dianggap Wah

Bahlil Sebut Kebijakan Tarif Trump Dinamika Biasa: Jangan Dianggap Wah

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai pengenaan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% dari Amerika Serikat (AS) kepada RI merupakan dinamika biasa.

Oleh karena itu, dia berpendapat kebijakan yang memicu perang dagang itu bukan sesuatu yang amat besar.

"Jadi betul bahwa ada terjadi perang dagang, tapi ini jangan juga dianggap sesuatu seolah-olah wah banget, biasa saja dinamika," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (9/4/2025).

Perang Dagang Masih Panas, Aset Safe Haven Sudah Hilang Semangat

Perang Dagang Masih Panas, Aset Safe Haven Sudah Hilang Semangat

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Aset aman atau safe haven langsung diburu oleh pelaku pasar ketika Presiden AS Donald Trump menabuh genderang perang dagang lewat pemberlakuan tarif impor. Namun demikian, harga aset safe haven sudah mulai terkoreksi walaupun kondisi pasar keuangan belum stabil.

Berdasarkan data Bloomberg, yield obligasi US Treasury anjlok ketika Trump mengumumkan tarif timbal balik (reciprocal tariff) sudah diberlakukan. Yield Treasury AS tenor 10 tahun jeblok hingga 10 bps ke level terendahnya sejak Februari 2025.

Perang Dagang AS–China Picu Kekhawatiran Resesi, Harga Minyak Terperosok

Perang Dagang AS–China Picu Kekhawatiran Resesi, Harga Minyak Terperosok

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali tergelincir Selasa (8/4/2025) dan ditutup turun lebih dari US$1 per barel ke menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir.

Penurunan ini dipicu meningkatnya kekhawatiran pasar atas potensi resesi global akibat memanasnya konflik dagang antara dua raksasa ekonomi dunia—Amerika Serikat dan China.

Melansir Reuters, Rabu (9/4/2025), minyak mentah Brent ditutup turun melemah US$1,39 atau 2,16% ke level US$62,82 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) merosot US$1,12 atau 1,85% ke level US$59,58.

Donald Trump Bakal Kenakan Tarif Impor 104% ke China, Negosiasi Sulit Tercapai

Donald Trump Bakal Kenakan Tarif Impor 104% ke China, Negosiasi Sulit Tercapai

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Amerika Serikat memberikan sinyal bahwa tidak tercapai kesepakatan dengan China dalam negosiasi tarif impor. Alhasil, China berisiko terkena tarif Trump sebesar 104%.

Dilansir dari Bloomberg, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghabiskan jam-jam terakhir untuk menyusun negosiasi dengan sejumlah negara, terutama sekutu-sekutu AS, sebelum tarif impor yang luas berlaku pada Rabu (9/4/2025) pukul 12.01 AM EDT (Eastern Daylight Time, waktu Amerika Utara) atau pukul 11.01 WIB.

Seribu Satu Cara RI Mau Tekan Surplus Perdagangan dengan AS

Seribu Satu Cara RI Mau Tekan Surplus Perdagangan dengan AS

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap rencana pembelian sejumlah komoditas seperti biji kedelai dan gandum dari Amerika Serikat (AS) guna menekan surplus perdagangan antara kedua negara.

Airlangga menjelaskan, dengan pengenaan tarif 32% oleh Presiden AS Donald Trump pemerintah Indonesia telah merencanakan pembelian sejumlah komoditas. Pembelian komoditas akan dilakukan mulai dari produk pertanian hingga sektor minyak dan gas.

"Presiden telah menyetujui pembelian produk pertanian dari AS seperti biji kedelai dan gandum—yang tidak diproduksi di dalam negeri—untuk menjaga keseimbangan neraca dagang. Pemerintah juga akan membeli LPG dan LNG dari AS melalui relokasi, bukan penambahan volume, sehingga tidak membebani APBN," jelas Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi Nasional di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

RI Sudah Kirim Surat Resmi ke AS Bahas Soal Tarif Impor Baru Trump, Begini Kata Menko Airlangga

RI Sudah Kirim Surat Resmi ke AS Bahas Soal Tarif Impor Baru Trump, Begini Kata Menko Airlangga

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia telah menyampaikan surat kepada otoritas perdagangan Amerika Serikat (AS) terkait dengan kebijakan tarif impor yang diberlakukan terhadap sejumlah produk ekspor Indonesia.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta hari ini (8/4/2025).

"Surat Indonesia sudah dikirim, sudah diterima oleh AS. [Dikirim] melalui duta besar Indonesia," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (8/4).

Airlangga menyebut, respons dari pihak AS sudah mulai terlihat. "Hari ini, duta besar AS juga meminta waktu untuk pembicaraan lanjutan. Mereka sudah menerima surat baik [yang dikirim] ke USTR maupun Sekretaris Perdagangan (Secretary of Commerce)," ujarnya.

Harga Komoditas Rontok Pasca Pemberlakukan Tarif Trump

Harga Komoditas Rontok Pasca Pemberlakukan Tarif Trump

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas harga komoditas terkoreksi usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan implementasi tarif impor terhadap negara mitra dagangnya. Mulai dari harga minyak mentah, minyak kelapa sawit, hingga emas rontok.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan harga komoditas utama global mengalami penurunan usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif.

“Kekhawatiran penurunan permintaan global dan disrupsi rantai pasok global telah menekan harga komoditas,” kata Airlangga, Selasa (8/4/2025).

Hingga Senin (7/4/2025) dini hari, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 1,77% menjadi US$60,89 per barel. Sedangkan harga minyak brent turun lebih dalam lagi sebesar 1,82% menjadi US$64,38 per barel.

China Tak Gentar Meski Diancam Tarif Tambahan 50% oleh Trump

China Tak Gentar Meski Diancam Tarif Tambahan 50% oleh Trump

(1 bulan yang lalu)

Bisnis.com, JAKARTA - China mengecam Amerika Serikat yang mengancam akan menaikkan tarif dan berjanji akan membalas jika Washington menindaklanjuti ancaman tersebut.

Melansir Bloomberg pada Selasa (8/4/2025), Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan menuturkan, ancaman AS untuk menaikkan tarif terhadap China adalah kesalahan di atas kesalahan lainnya, yang sekali lagi mengungkap sifat pemerasan AS. 

"Jika AS bersikeras dengan caranya sendiri, China akan berjuang sampai akhir," demikian kutipan keterangan resmi tersebut.

Kementerian Perdagangan China juga menyerukan dialog untuk menyelesaikan perselisihan dalam pernyataannya, meskipun Presiden AS Donald Trump mengatakan tentang pertemuan akan dihentikan jika Beijing tidak mengambil tindakan, tanpa menyebutkan apa yang akan diperlukan.